35. Kembali Untuknya (4)

296 18 0
                                    


35. Kembali Untuknya (4)

Badan Kelly dingin menggigil meski berbalutkan jas tuxedo milik Nathan. Mereka duduk di kursi panjang yang terbuat dari besi mengkilap. Lapisan cairan anti karat yang membuatnya mengkilap seperti itu. Dinginnya pun tidak beda jauh dari tangan Kelly, menjalar ke seluruh bagian besinya. Angin tidak dapat mengelak sedikit pun. Ia tetap saja mengantarkan dingin mencekam ke arah mereka.

Nathan membelai rambut Kelly yang basah. Bulir-bulir air masih menempel di rambut hitamnya, membelainya pelan-pelan hingga sampai pada ujung rambutnya. Sungguh malangnya wanita itu, mengigigil akibat air kolam bak es yang mencair. Riasannya hancur dan hanya menyisakan celak mata yang luntur. Matanya menatap ke tanah, melihat kakinya yang tengah bergerak menggesek ujung sepatunya.

"Terima kasih sudah menyelamatkanku, Nath," kata Kelly tiba-tiba.

"Iya, tidak apa-apa," jawab Nathan. "Itulah kenapa kita dahulu tidak pernah bermain di kolam renang. Kamu sama sekali tidak pandai berenang."

"Ternyata kamu masih ingat tentang masa lalu kita," balas Kelly sambil tertawa.

Langkah Felix cepat menuju ke arah Kelly dan Nathan. Diikuti bersama Alena di belakangnya. Tangannya menarik Kelly untuk beranjak dari situ. Tanpa basa-basi ia menarik tangan Kelly.

"Kell, ayo pulang. Sudah hampir tengah malam. Orangtuamu pasti mengkhawatirkanmu," ucap Felix sesaat menarik tangannya.

Nathan menahan tangan Kelly. Ia tidak suka jika Felix menarik Kelly begitu saja. "Biar aku yang mengantarkannya, Felix. Aku searah ke rumahnya. Biar aku jelaskan yang terjadi pada papa dan mama Kelly."

"Aku yang membawanya ke sini, bukan kamu," bentak Felix pada Nathan.

Kelly melepaskan genggaman tangan Nathan dan membiarkan Felix menuntun langkahnya untuk pulang. Ia menoleh ke belakang tatkala langkahnya terus saja menjauh dari Nathan. Tatapan lusuh membentuk garis lurus tepat di tengah-tengah matanya. Tidak bergerak dan tidak sediki pun berkedip. Seakan merelakan dirinya pergi tanpa perlawanan yang berarti.

Ia berdiri. Tampak langkahnya menjemput Kelly yang sedang bersama Felix.

"Aku tidak akan sembunyi lagi, Kell," ucap Nathan keras-keras. Felix berhenti, sedangkan Kelly kembali menoleh ke belakang. "Aku lebih dulu mencintaimu daripada pria itu. Lebih dulu mengenalmu daripada dia. Maafkan aku karena telah membuat luka pada dirimu."

Jantung Kelly terasa berhenti berdetak. Darahnya tertahan sesuatu untuk kembali mengalir. Kata-kata itu menyumbat telinganya dan terus saja menggema tak henti. Ditatapnya mata Nathan lama-lama, sebuah fatamorgana di tengah kemilau malam menciptakan kembali angan-angan yang sempat terpendam di dalam hati.

"Bawa aku pulang secepatnya, Felix. Jangan dengarkan dirinya. Aku tidak mau perasaaanku seakan dipermainkan oleh dirinya," pinta Kelly.

Felix mengiyakan kalimat Kelly. Ia terus membawa Kelly ke dalam mobil dan membukakan pintu untuknya. "Tunggu sebentar, " kata Felix sambil menutup pintu.

Ia mencari Nathan ke halaman belakang rumah Alena. Pria itu tidak beranjak sedikit pun, tetap pada tempatnya mengucapkan perasaannya. Di sampingnya berdiri Alena yang tengah melihat Felix mendekat ke arah Nathan. Alena menahan tubuh Felix yang seakan ingin menghantam Nathan. Namun, ia lemah untuk menahan tubuh yang setengah lebih besar daripada tubuhnya.

"Akhirnya kamu membuka topengmu yang selama ini kamu sembunyikan. Kenapa baru sekarang kamu ucapkan padanya? Apakah kamu menunggunya dulu hingga terluka?" tanya Felix. Ia memegangi kedua kerah kemeja putih yang Nathan kenakan. Nathan tidak melawan. Ia mengalihkan pandangannya dari wajah Felix yang terlihat gahar. "Jawab, bangsat!"

"Sekarang aku tanya, kenapa kamu begitu mendukungku? Sementara dirimu mencintai Kelly." Nathan menanya balik.

Jawaban Nathan tidak sesuai harapan Felix. Ia mendorong Nathan hingga terbujur ke tanah. "Karena aku tahu dia itu mencintaimu, bukan aku. Dan aku bahagia melihatnya bahagia. Bagiku cinta tidak perlu memiliki," kata Felix sambil menunjuk Nathan yang sedang dibantu berdiri oleh Alena. "Sekarang jawab, pertanyaanku tadi. Kenapa kamu tidak mengucapkan perasaanmu sedari dulu padanya? Dia hancur karenamu."

"Karena aku tidak ingin menyakitinya lagi. Aku akan pergi dalam waktu yang lama. Lebih baik dia tidak memilikiku di saat aku pergi jauh untuk kedua kalinya," balas Nathan dengan nada tinggi. Ia menyerahkan secarik kertas kepada Felix. "Serahkan surat ini pada Kelly dua hari lagi. Karena pada saat itu aku akan pindah sekolah."

Mata Felix melihat tangan Nathan yang memberikan secarik surat padanya. "Kamu rela meninggalkan Kelly?"

"Dalam hatiku, aku akan kembali menderita karena tidak akan bertemu lagi dengannya. Suatu saat aku akan kembali lagi untuknya. Aku janji," ucap Nathan dengan pelan.

***.

Kelly VannesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang