34. Kembali Untuknya (3)

294 15 0
                                    

34. Kembali Untuknya (3)


Semua riuh oleh sebuah suara ceburan di kolam renang. Tercipratlah bulir-bulir air keluar dan menghempas ke keramik di atasnya. Setiap orang langsung berlari ke kolam tersebut. Terdengar oleh Felix suara wanita memanggil nama seseorang. Suaranya parau tertutup oleh air yang menggenang. Matanya langsung melotot. Pupilnya seakan mengeras saat melihat Kelly telah tercebur ke dalam kolam, meronta-ronta menyebutkan sepenggal nama. Nama yang tidak ingin ia dengar, tapi ia tetap berusaha tegar. Sebuah pedih hati yang tidak bisa ia elakkan.

"Nathan!!!" teriak Kelly dengan tangan melambai-lambai di permukaan air kolam.

Felix langsung berlari terpental-pental karena panik. Kakinya begitu kokoh menapaki lantai berkeramik. Ia membuka sepatunya dan ingin langsung menyebur ke dalam kolam untuk menyelamatkan Kelly yang tengah meronta meminta tolong. Sesuatu ingatan masa lalu membuat langkahnya terhenti. Air seakan menjadi kolam api yang meletup-letup. Panas dan gahar. Menimbulkan gemerak bunyi dahan-dahan pohon untuk membuat api. Teriakan dan tangisan membuatnya mundur beberapa langkah. Ia tidak berani mendekati kolam. Sungguh, air telah merenggut orang-orang yang ia sayangi. Menelannya hingga tidak tersisa.

Suara parau Kelly dijemput dengan bunyi ceburan seorang lelaki yang baru saja membuka pakaian tuxedo ketatnya dan hanya meninggalkan dalaman kaos yang ia kenakan. Nathan meluncur ke air bak seorang perenang olimpiade, menjemput wanita yang sedang meronta di dalamnya. Ia memeluk Kelly hingga sampai ke tepian. Alena dengan air mata kepanikan menyambut tubuh Kelly yang sudah lemas untuk diangkat ke atas.

"Kell! Kelly! Bangun, ini aku, Nathan," kata Nathan sambil menepuk-nepuk pipi Kelly. Tidak ada respon dari Kelly. Ia terus menutup mata, namun masih bernafas.

Tidak ada pilihan lain, Nathan melakukan itu. Kepalanya mendekat. Bibirnya menyambut bibir Kelly yang tipis lalu menghempuskan nafas buatan tiga kali dan diselingi dengan menekan-nekan dada Kelly. Kelly pun terbatuk-batuk mengeluarkan air yang sempat memasuki organ pernapasannya.

Sayup-sayup matanya melihat ekspresi cemas dari Nathan. Wajah pria itu turun mengucap lega karena dirinya telah membuka mata. Dilihat olehnya Alena dan Felix juga mengeluarkan ekpresi yang sama: wajah lusuh menatap sambil memanggil-manggil namanya. Namun, tidak ada yang secemas Nathan. Ia memeluk Kelly seraya berkata, "Kamu bodoh, ceroboh, dan hampir mati."

"Aku tidak akan mati sebelum takdirku sendiri yang menjemputnya," kata Kelly di telinga Nathan. Pria itu begitu memeluknya dengan erat, seakan Kelly benar-benar dipanggil untuk pergi malam ini.

Pelukan erat dua insan tersebut membuat hati Felix remuk, bagaikan dihantam berton-ton beban berat. Pecah terburai berserakan di kehampaan. Namun, hatinya yang remuk kembali terekatkan oleh sesuatu, yaitu senyum Kelly yang seterang rembulan. Entah kenapa ia senang tatkala melihat Kelly bahagia, meskipun dalam pelukan Nathan sekali pun.

***

Kelly VannesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang