menu 12 : beach

1K 91 16
                                    

Putih, itu lah kata yang paling tepat untuk menggambarkan suasana malam hari ini di kota Konoha. Di sepanjang pertokoan Konoha terlihat beberapa pasangan saling memaduh kasih, menikmati suasana romantis di bulan Desember. Benda putih berbentuk bulat kristal yang terasa dingin bila menyentuh kulit terus berjatuhan dari langit gelap. Menambah kesan romantis di malam musim dingin bersalju ini.

Di salah satu bangunan bergaya Eropa modern terlihat seorang gadis dengan rambut merah muda panjang tersenyum melalui kaca jendela yang sedikit berkabut. Kepulan asap yang keluar dari mulutnya menandakan suhu udara semakin turun. Musim dingin telah tiba di Kota Konoha.

"Salju..." gumam gadis itu senang saat melihat butiran-butiran salju yang terus berjatuhan dari langit malam.

"Haaahh~"

Suara helaan nafas berat yang cukup keras menghentikan aktifitas melihat salju sang gadis merah muda. Dengan pelan ia tolehkan kepalanya ke samping guna melihat siapa gerangan yang di malam indah seperti ini menghelakan nafas putus asa.

Tidak jauh dari sang gadis, terlihat seorang pemuda dengan rambut pirang terduduk lesu tidak bersemangat. Berbanding terbalik dengan hari-hari biasanya.

Dengan sedikit penasaran di dekatinya pemuda itu, "Naruto..." panggilnya.

Karena mendengar suara orang lain, sang pemuda mengangkat kepalanya dan menatap lesu gadis musim semi yang kini telah berdiri di depannya.

"Sakura-chan..."

Sebelah alis sang gadis bernama lengkap Haruno Sakura terangkat. Tidak biasanya ia melihat pemuda hyperaktif ini lesu dan tidak bersemangat. Apa sesuatu yang buruk telah terjadi padanya?

"Apa terjadi sesuatu, Naruto?" tanya Sakura hati-hati.

Pemuda berambut pirang yang di panggil Naruto kembali menghela nafas berat membuat gadis di depannya hanya bisa diam memperhatikan.

"Jika kau hanya menghela nafas tidak berguna seperti itu, nilai mu tidak akan meningkat, Dobe."

Dari arah belakang keduanya, muncul seorang pemuda tampan dengan rambut hitam mencuat ke belakang. Tampang dingin dan angkuhnya membuat suasana yang sudah dingin semakin dingin saja.

"Kau tidak mengerti penderitaan ku, Teme," jawab Naruto sedikit kesal mendengar perkataan sahabatnya satu ini.

Pemuda tampan itu hanya memutar bola matanya bosan, ia sudah terbiasa dengan sikap pemuda di depannya yang sudah dikenalnya sejak usia 5 tahun.

"Jika kau tidak menceritakan masalah mu, maka kami tidak akan bisa membantu mu, Naruto," tegur Sakura menarik perhatian kedua pemuda tampan itu.

Naruto diam sejenak, terlihat ia sedang berpikir cukup keras. Dan setalah ia mengambil keputusan, dirogonya kantung celana pelayan yang dikenakannya. Dari dalam kantung celana ia mengeluarkan selembar kertas yang sudah terlipat dan sedikit lecek. Kertas itu di serahkan kepada gadis merah muda di depannya.

Dengan pelan Sakura membaca tulisan di kertas itu, dan kedua bola matanya sedikit membulat.

"Naruto... kau..." ujar Sakura sedikit terbata-bata sedangkan pemuda tampan dengan rambut hitam di sebelahnya hanya menatap datar sahabat pirangnya.

Pemuda pencinta Ramen itu menundukkan kepalanya dalam dan mengepalkan kedua tangannya kuat.

"Jika aku tidak bisa meningkatkan nilai ku pada ujian kenaikan kelas nanti, maka aku akan tinggal kelas," ujarnya lirih.

Sakura ikut menundukkan kepalanya. Ia tahu kertas apa yang kini ada dalam genggamannya. Kertas nilai sementara siswa sebelum menghadapi ujian kenaikan kelas. Dari mana ia tahu? Tentu saja karena ia juga menerima kertas yang sama tadi siang. Hanya saja nilainya sudah tidak perlu di pertanyakan lagi, karena rata-rata nilai yang didapatnya 98. Tapi untuk Naruto jangankan nilai standar sekolah 75, nilai aman 50 saja ia tidak bisa mendapatkannya. Jika di ujian perbaikan nanti ia tidak bisa memperbaiki nilainya ia bisa tinggal kelas.

CLOVER'S CAFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang