"Jadi, kamu nggak ngelamar aku ?"tanya Rion kepada Vania, ketika mereka sudah berada di gerbang rumah Vania.
Vania mendengus. "Kenapa pertanyaannya masih sama sih ?"tanya Vania menatap Rion dingin sinis.
Rion mengangkat bahunya acuh. "Takutnya kamu berubah pikiran,"jawab Rion. Perkataan Rion memang tidak salah, tetapi pengakuan dari Vania lah yang membuat Rion berharap.
Flashback on
"Terus yang cocok sama aku siapa ?"tanya Rion lagi.
"Akulah !! Cuman aku yang cocok sama kamu !!"seru Vania bersemangat. Rion mengangkatkan sebelah alis matanya.
"Van ?"panggil Rion.
"Iya ?"tanya Vania polos.
"Kamu nyadar nggak ?"tanya Rion
"Nyadar apaan ?"tanya Vania balik. Rion berdecak kesal.
"Kamu tanpa disadarin ngelamar aku loh Van,"jawab Rion.
"Hah ?" Vania cengo.
"Apaan sih ?!! Kamu ngelantur yah ?! Aku mana mungkin ngelamar kamu !"ujar Vania memutarkan kedua bola matanya berusaha menyembunyikan semburat merah yang berada dipipinya.
Rion memicing, lalu tersenyum geli. "Yakin, kamu nggak ngelamar aku ?"tanya Rion.
Vania mengangguk dengan yakin. "Coba, kamu ngomong kayak gitu sambil natep aku,"ucap Rion menantang. Vania pun menatap Rion tepat dikedua bola mata Rion dengan sangat yakin. Rion mendengus tidak suka.
Flashback off.
Dan berakhirlah percakapan dengan keputusan Vania yang membuat Rion kecewa. Terlihat aneh memang, jika Rion berharap ia dilamar Vania. Secara Rion adalah laki-laki dan Vania adalah perempuan yang seharusnya laki-laki melamar perempuan. Tapi, tidak dengan Rion. Ia ingin mendengar Vania yang melamarnya, agar ia yakin bahwa Vania siap menjadi teman hidupnya.
"Besok, aku jemput ?"tawar Rion. Vania menganggukkan kepalanya, menyetujui tawaran Rion.
Rion pun mengacak rambut Vania dengan gemas, dan mengecup kening Vania. Vania yang tidak siap mendapatkan perlakuan Rion itu hanya mematung dengan memejamkan matanya. Entah karena menikmati sentuhan Rion di keningnya atau bingung harus berbuat apa. Rion pun menjauhkan dirinya dari Vania, hingga Vania membuka matanya dan melihat Rion yang sedang menatapnya dengan senyum lembut. Lalu, Rion beranjak pergi hingga dirinya tidak terlihat lagi oleh Vania.
****
Keesokan paginya.
Vania keluar dari rumahnya dengan wajah yang segar dan siap melakukan kegiatannya. Terlihat Rion yang sudah siap dan sedang bersandar di motornya sembari memainkan hpnya.
Vania menatap Rion bingung, juga heran.
'Tumben, Rion gak bawa mobil,'pikirnya. Ia pun menanyakan perihal Rion tidak membawa mobil yang dijawab oleh Rion dengan mengangkat kedua bahunya. Vania pun tidak memusingkan hal itu.
"Aku izin dulu ke orang tua kamu,"ucap Rion. Vania menggeleng.
"Orang tua aku udah berangkat pas aku masih tidur,"jawab Vania. Rion menyeringit heran.
"Kamu tau darimana ?"tanya Rion. Vania mendengus sembari memutarkan kedua bola matanya. Lalu, menunjuk garasinya yang ternyata kosong. Tidak ada mobil orang tuanya. Rion hanya mengangguk-anggukan kepala.
Rion menaiki motornya dan memakai helmnya, diikuti dengan Vania dibelakangnya dan juga memakai helm yang diberikan oleh Rion. Sebelum melajukan motornya, Rion memerintahkan sesuatu kepada Vania.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT
Teen FictionVania Asya, perempuan cantik, pinter namun lemot, tidak sabaran, moodyan, bawel, dan belum bisa move on dari sahabatnya sendiri, Vicky. Akan tetapi, takdir mempermainkan Vania dengan menjadi pacar Rion Alexander, cowok datar, dingin, kalau ngomong h...