18

73 9 0
                                    

"Aku tidak peduli apakah suatu saat nanti kita akan berpisah atau tidak. Tetapi untuk saat ini, biarkan aku menikmati waktu bersamamu, dan menciptakan kenangan yang manis untuk kita berdua." - Rion

*****
Semenjak hari itu, kedua pasangan unik-Vania dan Rion-terdapat jarak diantara mereka, lebih tepatnya Vania yang berusaha menjaga jarak dari Rion, seperti ketika Rion mengirimkan pesan di sosial media, Vania membalasnya dengan singkat, atau ketika Rion meminta Vania untuk bertemu dengannya, Vania menolak dengan berbagai alasan, entah itu sibuk, salah satu orang tuanya sakit, ataupun Vania yang sakit. Bahkan hingga saat ini pun, Vania menolak Rion untuk menjemputnya dengan alasan rumahnya jauh dari rumah Rion. Alasan yang tidak masuk akal.

"Selamat pagi, Vania," sapa seorang laki-laki yang Vania kenal. Dominic.

"Oh? Selamat pagi, pak Dominic."

"Sudah kubilang, jangan panggilku pak," ujar Dominic.

"Maaf pak, tapi saat ini kita berada di wilayah kampus, dan saya tidak ingin mahasiswa yang mendengarnya berpikir yang jelek-jelek tentang saya, pak."

Sudah cukup mereka menjelek-jelekkanku hanya karena aku pacaran dengan Rion, tidak ditambahi dengan ini, batin Vania.

"Mm, ya sudah pak saya masuk kelas dulu," ucap Vania.

Vania melangkah meninggalkan Dominic sendiri, tanpa memandangnya. "Vania, tunggu!" Seru Dominic tiba-tiba.

Vania memberhentikan langkahnya dan melihat ke belakang. Dominic berlari ke arah Vania dan berkata, "Aku ingin kita pergi bersama ke kantin."

"Tapi, pak ..."

"No but." Dominic melangkah terlebih dahulu seraya menarik salah satu tangan Vania. "Lagipula, aku ingin mendengarkan kisahmu selanjutnya dengan anak aneh itu," lanjut Dominic.

****
Kantin

"So?" Tanya Dominic meminta kejelasan.

"Apa?" Tanya Vania balik.

Dominic memutarkan kedua bola matanya dan bertanya, "Apa yang terjadi setelah drama yang kulihat saat di Dufan? Apa hubungan kalian sudah berakhir? Apa dia membuatmu menangis? Apa kau menghindarinya?"

Pertanyaan beruntun itu membuat Vania pusing. Ia mengangkat kedua tangannya, lalu berkata, "Hold on, sir.

"Bapak itu sebenarnya dosen atau reporter?" Tanya Vania.

"Of course, saya dosen. Pertanyaanmu bodoh sekali, Vania," jawab Dominic.

Vania mendengus, lalu berkata dengan ketus, "Kalau bapak dosen, tolong pertanyaannya satu-satu pak. Kita itu ada di kampus, bukan ada di acara gosip."

Dominic tertawa kecil. "Maaf-maaf," ujarnya, "aku sangat penasaran dengan ceritamu," lanjutnya.

"Apa yang ingin bapak tanyakan?" Tanya Vania to the point.

"Apa yang terjadi setelah drama yang kulihat saat di Dufan?" Tanya Dominic.

"Nothing," jawab Vania.

"Ah ... Wait, WHAT? Are you kidding me, Vania?"

"Nope," jawab Vania seperlunya.

"Apakah kau tidak menangis?"

"Lucu sekali," jawab Vania sarkastik. "Bapak kira saya itu tipe perempuan yang sekali disakitin akan menangis seperti di sinetron-sinetron? Begitu, pak?" Lanjut Vania dengan pertanyaan dengan mata yang menatap tajam Dominic.

DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang