16

121 12 0
                                    

"Aku pergi, jaga diri kamu,"kata Rion, Vania mengangguk dan tanpa diduga Vania, Rion mengecup keningnya dengan lembut. Lalu, pergi begitu saja. Meninggalkan Vania dengan Dominic dan Leon.

"Seharusnya aku yang bilang gitu Yon. Jaga hati kamu yah, Yon"lirih Vania, seperti bisikan dan Vania langsung memasang wajah tersenyumnya ketika dirinya kembali berhadapan Dominic dan Leon.

Dominic tahu ada yang tidak beres dari keduanya, namun untuk saat ini ia akan mengikuti alur permainan Vania.

****
"Jadi.. Kau akan menunggunya ?"tanya Dominic.

"Rrr.. Entahlah,"jawab Vania dengan tidak yakin.

"Tapi, mau sampai kapan kamu mau menunggu Rion ?"tanya Leon.

"Aku gak tau,"jawab Vania. Mereka terdiam.

Ting.

Suara notifikasi Line dari handphone Vania terdengar. Vania dengan cepat membukanya dan terlihat nama 'Rion' di pemberitahuannya. Vania membaca pesan dari Rion dengan tangan yang mencengkram handphonenya dengan sangat kuat,Vania tertawa getir.

Rion Sableng : Tunggu aku.

"Kamu kenapa, Vania ?"tanya Leon. Vania tertawa getir dan menjawab, "tidak. Aku tidak apa-apa."

"Apa yang pacarmu 'yang tidak bertanggung jawab' itu katakan kepadamu, Vania ? Apakah dia meminta sesuatu kepadamu ?"tanya Dominic.

"Eh ? Tidak ada, pak."

"Jangan berbohong kepadaku, Vania. Aku lebih tua darimu."

"Aku tidak berbohong, Pak. Sudah kubilang dia tidak mengatakan sesuatu."

"Ah, kalau seperti itu kuganti pertanyaanku. Apakah dia menyuruhmu menunggu dirinya ?"tebak Dominic yang tepat sasaran.  Vania mendengus kesal. Tak berapa lama, Vania menghela napas lelah.

"Well, tebakanku benar. Jadi, dia menyuruhmu menunggu. Benar begitu Vania ?" Vania mau tidak mau mengangguk pelan, setelah itu Vania menunduk membuat Dominic tersenyum puas.

"Mm, sepertinya kita harus menghentikan percakapan ini."Ujar Leon, namun Dominic mengabaikannya.

"Jadi, apakah kau akan menunggunya, Vania ?" Vania menganggukkan kepalanya tanpa berniat mendongakkan kepalanya.

"Seriously, Vania ? Apa kau yakin ? Bagaimana kalau ternyata dia malah meninggalkanmu ? Dan melupakanmu bahwa saat ini kau sedang menunggunya ?"

"Pak Dominic.."panggil Vania sembari berdiri sehingga membuat suara kursi berderet nyaring. "Bisakah anda tidak perlu ikut campur urusan saya ? Ingatlah pak, hubungan kita hanya sekedar mahasiswa dan dosen. Tidak boleh melebihi batas itu,"kata Vania dengan mata yang menatap kearah lantai.

Dominic tersenyum miring. "Ah.."

"Vania, bagaimana kalau kita ke Dufan  ? Apakah kau mau ?"tanya Leon memotong perkataan Dominic.

Vania menatap Leon dengan tatapan binarnya dengan cepat Vania menetralisirkan ekspresinya. "Mm, ngapain kita kesana ?"tanya Vania.

Leon menjawab ucapan Vania dengan senyumannya, "tentu saja bersenang-senang. Kebetulan aku mendapatkan tiket diskon wahana Dufan. Bagaimana ?" Vania mengangguk dengan semangatnya.

"Hm, bagaimana dengan kau, Dominic ? Apa kau akan ikut kami ?"tanya Leon. 

"Tidak, tidak..."ujar Vania menolak dengan menyilangkan kedua tangannya membentuk sebuah huruf X didepan dadanya.

"Tentu saja, aku akan ikut."

****

Akhirnya mereka pergi dengan memakai mobil Dominic dengan Dominic yang menyetir, Vania yang duduk didepan, disamping Dominic dan Leon yang duduk dibelakang. Di tengah perjalanan, Vania memasang ekspresi ragu-ragu, seperti memikirkan sesuatu hal yang berat. Ia melirik handphonenya dan sesekali menggigit bibir bagian bawahnya. 

DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang