In the morning.
H-2 Before Rion's dayVania berlari dengan peluh keringat yang sudah membasuhi wajahnya dan sesekali menatap jam tangannya yang menunjukkan pukul 07.00. Sesampai di kelas, ia tidak melihat mahasiswa yang lainnya. Tidak, ada seorang perempuan yang ia kenal. Renita.
Vania menghampiri Renita dan langsung duduk disampingnya dengan napas yang masih tersendat efek berlari.
"Mana yang lain?" Tanya Vania.
Renita menyeringit bingung."Lo gak baca WA gue yah?" Tanya Renita balik. Vania menjawabnya dengan gelengan.
Renita mendengus, lalu berkata "Baca mangkannya. Dosen hari ini gak bisa masuk, tapi kita disuruh membuat masing-masing laporan mengenai kardiovaskuler, gastriointes dan ..." Vania menahan napasnya,"hubungan keduanya."
Vania menghela napas lega."Udah itu aja, kan?"
Renita menganggukan kepalanya, lalu ia beranjak pergi."Gue cabut dulu, ada urusan. Lo gak papa kan, gue tinggal?"
Vania menjawab,"Gak papa." Vania tersenyum lega, setidaknya hanya itu saja tugasnya.
Namun baru sampai di depan pintu, Renita membalikkan badannya dan berkata,"Gue lupa satu hal. Tugasnya harus selesai hari ini juga, paling lambat jam 7 malam."
Damn it!
***
Siang harinya dimana matahari semakin terik, Vania sudah disibukkan oleh tugasnya yang secara tiba-tiba diberikan dosennya dan belum sampai disitu kesialannya, dosennya menginginkan tugasnya hari itu juga selesai.Kriing.
Jemari Vania berhenti mengetik, lalu melihat layar hapenya yang berbunyi itu.
Rion's calling ...
Vania mendengus, lalu ia men-silent-kan hapenya dan kembali melanjutkan tugasnya yang terhenti. Ia kembali menatap laptop yang berada di depannya dan langsung mengerjakan tugasnya dengan penuh konsentrasi hingga melupakan makanannya.
Tek.
Vania membulatkan kedua matanya, mendapati laptopnya sudah ditutup oleh sebuah tangan.
"TUGAS GUE!" Teriak Vania histeris. Lalu, ia menatap tajam pemilik tangan yang telah menutup laptopnya.
"Rion, kamu apa-apaan sih?! Gak lucu tau!" Ujar Vania berusaha menahan emosinya.
"Aku gak ngelucu," jawab Rion dengan datar, lalu duduk berhadapan dengan Vania.
Vania berdecak kesal, lalu bertanya,"Terus kamu kenapa nutupin laptop aku, Rion?"
"Karena aku pengen," jawab Rion.
Vania mulai merasakan aura panas dalam tubuhnya."Itu nggak menjawab pertanyaanku, Rion."
"Kamu nggak ngangkat telpon aku." Ujar Rion.
"Karna aku sibuk," jawab Vania.
Rion menggangguk, lalu berkata "H-2."
Vania menyeringit tidak mengerti."Terus?"
"Ulang tahun aku," jawab Rion.
"Oh."
"Jangan lupa."
"Hm."
Rion dengan gemas mengacak rambut Vania.
Vania cemberut, lalu membuka kembali laptop yang tadi Rion sempat tutup. Lalu secara tiba-tiba, Rion pindah tempat duduk. Yang awalnya berhadapan dengan Vania menjadi di samping Vania. Namun, Vania tidak mengindahkannya. Vania tetap fokus pada tugasnya hingga membuat Rion bosan dan kesal secara bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT
Teen FictionVania Asya, perempuan cantik, pinter namun lemot, tidak sabaran, moodyan, bawel, dan belum bisa move on dari sahabatnya sendiri, Vicky. Akan tetapi, takdir mempermainkan Vania dengan menjadi pacar Rion Alexander, cowok datar, dingin, kalau ngomong h...