3

278 26 12
                                    

Sudah satu jam lamanya, Vania msengobrol dengan Vicky dan baru sekarang Vania menyadari, Rion pergi terlalu lama.

"Vir, Rion kemana yah ?"tanya Vania.

"Jalan-jalan paling,"jawab Vicky.

"Tapi kok lama banget yah ? Kan biasanya juga gak lama. Apalagi ini udah sejam dia pergi."

"Lah ? Dia kan udah gede Vasa. Yah, dia pasti bisa pergi lama lah."

"Tapi Vira, Rion itu kalo pergi pasti bilang-bilang. Entah lewat sms, telepon, WA, Line, apapun itu. Tapi, ini enggak. Gue khawatir Vir."

"Lo gak perlu khawatir Vasa. Rion kan udah gede, masa dikit-dikit lo khawatirin sih ?"

"Tapi Vir, Rion itu kalo pergi sama gue terus ninggalin gue dan gak ada kabar, pasti gak lebih dari satu jam. Gue udah kenal seluk beluk dia."

"Aduh Vasa. Udah, lo jangan khawatirin Rion. Gue yakin dia gak papa. Positive thinking aja. Mungkin dia lagi dipanggil sama dosen tiba-tiba. Iya, kan ?" Vania pun berfikir keras dan akhirnya mengangguk menyetujui.

"Ya udah, biar lo nggak mikirin Rion untuk sekarang. Gue mau beli ice cream dulu buat lo. Mau ?" Vania seketika menatap Vicky dengan berbinar-binar dan langsung mengagguk dengan cepat.

Vicky terkekeh dan langsung mengacak rambut Vania. "Ya udah lo tunggu disini,"titah Vicky.

"Sip." Vicky pun meninggalkan Vania sendirian.

Disisi lain.

Rion berjalan di taman sendirian dan memandangi sekitarnya.

Rion berdecak kesal. "Ck, langit aja cerah. Tamannya juga gak kalah nyaman, tapi kenapa hati gue pengennya matiin orang yah ? Emang kambing rasanya kalo cemburu begini,"ucap Rion kepada dirinya sendiri.

Rion menendang kerikil-kerikil yang ada ditanah.

"Vania ! Lo tuh cewek ngeselin banget ! Pengen gue pites, gue masukin karung terus bawa ke lemari gue biar gak ada yang ngeliat lo. Tapi, gue nya sayang dan lo nya juga manusia. Gak bisa ngelakuin dua hal itu deh,"ucap Rion seakan-akan sedang berbicara dengan Vania.

"Hai cowok ganteng,"sapa dua cewek ganteng.

"Hai juga cabe,"jutek Rion. Sifat yang jarang dikeluarkan oleh Rion kepada Vania membuat Vania tidak menyadari bahwa Rion juga punya sifat yang sangat jutek, bawel seperti anak kecil jika dirinya sedang cemburu.

"Aduh ganteng-ganteng kok omongannya pedes banget ? Sakit hati abang dek,"ucap salah satu cewek dan salah satunya lagi terkikik geli.

Rion menatap tajam kedua perempuan tersebut. "Denger yah cabe. Ada beberapa hal yang harus kalian tahu. Pertama, untuk lo,"ucap Rion menunjuk salah satu cewek yang sempat berbicara dengannya.

"Lo tuh sebenernya cabe atau banci sih ?! Heran gue ! Lo ngegoda gue kayak cabe, dandanan lo pun melebihi tante girang tapi lo manggil diri lo abang. Apa jangan-jangan lo transgender ?!"tanya Rion dengan pedas.

"Terus lo ! Lo kan temennya, harusnya jangan ikut-ikutan jadi cabe kayak temen lo itu. Mana make up gak bener lagi, lo tuh masih muda atau udah tante-tante ?! Jijik gue ngeliatnya !"

Kedua perempuan tersebut langsung pergi dengan menahan malu. Rion mendengus.

"Gue ngomong begitu, baru deh pada pergi. Ck, kesel gue. Gak ada yang tahan apa sama gue ?" Rion lagi-lagi menendang kerikil dengan kesal hingga sebuah tangan menepuk bahu Rion.

Rion berbalik badan dan mendapati seoeang laki-laki menatapnya dengan heran.

Rion memasang wajahnya dengan datar. "Lo pacarnya Vania, kan ?"tanya laki-laki itu memastikan.

DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang