17

124 15 4
                                    

Hingga sebuah tarikan membuat Vania terlepas dari pelukan Dominic.

"Romantis banget,"ketus Rion dengan dingin. Vania menatap Rion yang sedang manatapnya dengan tajam.

"Makasih,"kata Vania tersenyum manis yang dibuat-buat.

"Vania, ikut aku." Rion menarik tangan Vania meninggalkan Riana dengan Dominic.

****

Rion membawa Vania ke tempat sepi dengan tangannya yang mencengkram tangan Vania dengan erat membuat Vania merintih kesakitan seraya berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Rion.

"Yon, sakit.." lirih Vania berharap Rion sedikit saja merenggangkan genggamannya.

Ketika sudah berada ditempat sepi, Rion menghempaskan tangan Vania. Kemudian, ia berbalik arah, menghadap Vania dan menatap tajam Vania tepat di manik mata. Vania melihat dibalik mata Rion tersimpan amarah yang menguar. "Kamu," seruRion dengan telunjuk yang menunjuk ke arah wajah Vania. Vania menegang ketika merasakan aura kegelapan, aura intimidasi yang dikeluarkan oleh Rion.

Vania menunduk. Ia terlalu takut untuk melihat Rion yang seperti itu. "Aku menyuruhmu untuk menungguku, bukan untuk menggoda laki-laki dibelakangku, Vania." Vania tersentak sekaligus sakit hati, karena ucapan Rion seperti menghinanya.

"Kamu bilang apa, Yon? Aku apa?"

"Ternyata selain bodoh, kamu juga mendadak jadi tuli, Vania?" tanya Rion dengan nada mengejek.

Vania mengepalkan kedua tangannya, berusaha untuk tidak menangis. "Apa begitu susahnya, kamu meng-iya-kan perintahku, Vania?" tanya Rion, tetapi Vania tidak menjawabnya. Rion mendengus.

Tiba-tiba, Rion menjepit dagu Vania diantara jempolnya dan telunjuknya dengan sangat keras sehingga membuat Vania merintih kesakitan. Vania menggelengkan kepala, berusaha melepaskan dagunya dari cengkraman Rion. Namun tenaga yang Rion punya lebih kuat daripada Vania, akhirnya Vania pasrah dan berkata dengan lirih "Rion, kau menyakitiku ... "

Rion tersadar, ia segera menghempaskan dagu Vania dan mengusap wajahnya dengan kasar seraya berkata,"Aku minta maaf." Tak lupa juga, ia -Rion- mengacak rambutnya dengan kasar.

Mereka berdua sempat terdiam, namun terpecahkan keterdiaman itu oleh pertanyaan Rion."Tidak bisakah kamu mengerti aku, Vania?"

"Apa?" Vania menoleh dengan tersenyum getir."Apa aku salah denger? Sebelumnya, kamu menghina aku, dan sekarang? Kamu menyuruh aku untuk mengerti kamu, Yon?"

"Hahaha," tawa Vania terdengar getir.

"Kamu egois, Yon. Sangat egois." Vania 

"Tapi, aku udah minta maaf," sanggah Rion.

"Kapan? Tadi?" Rion mengangguk, dan Vania lagi-lagi tertawa getir seraya memanggil Rion dengan nada mengejek,"Rion ... Rion ...."

"Kamu itu, meminta maaf karena perlakuan kamu tadi, atau ..." gantung Vania."karena kamu ketahuan selingkuh?" tanya Vania dengan senyuman mengejek masih menghias diwajahnya.

Rion menatap tajam Vania."Aku tidak selingkuh," jawab Rion dingin.

"Tentu saja kamu tidak akan mengaku. Maling tetaplah maling, ketahuan pun, ia masih berkilah, ia masih tidak mau mengakui tindakannya yang salah itu, ia tidak akan mengaku."

"Aku tidak berbohong, Vania," kata Rion.

"Kalau kamu tidak berbohong, mengapa kamu berbuat kasar kepadaku seperti itu, Rion?!" tanya Vania tidak habis pikir.

Rion mengusap wajahnya kasar, lalu menghela napas berat."Aku minta maaf karena perlakuanku tadi, bukankah kamu sudah memaafkanku? Tapi, mengapa kamu selalu mengungkitnya, Vania?" tanya Rion.

DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang