Sampai ditempat duduk mereka tadi, Vicky membawa makanan dengan tangan yang merah, dan diikuti oleh Vania yang menunduk, merasa bersalah.
"Maaf-maaf Vick, gue gak sengaja,"ucap Vania menyesal dengan kepala yang menunduk. Renita menatap Vania heran.
"Kenapa sih ?"tanya Renita bingung.
"Itu juga. Tangan lo kenapa dah Vir ? Balik-balik jadi merah, kayak bekas gigitan. Lo digigit apaan ?"tanya Renita bertubi-tubi karena penasaran dengan tangan Vicky.
Vicky meringis, ia duduk disamping Renita dan Vania duduk disebrang dengan kepala yang masih menunduk. Vicky memegang dagu Vania dengan telunjuknya, seakan-akan menyuruh Vania untuk menatapnya. Vania menatapnya dengan tatapan bersalah membuat Vicky tersenyum.
"Gak usah bersalah, gue gak papa kok,"ujar Vicky menenangkan. Vania menggelengkan kepalanya, membantah ucapan Vicky.
"Tetep aja gue yang bersalah, secara gue yang gigit,"bantah Vania. Renita ? Ia mengangkatkan sebelah alis matanya.
"Gue baru tau Vasa agresif,"aku Renita.
"Bawel lo Ren. Diem deh, mending sekarang main hp. Kasian tuh doi lo, lo anggurin,"ketus Vicky membuat Renita cemberut dan mengalihkan tatapannya ke hpnya.
"Tapi..."
"Gini deh, intinya lo udah minta maaf dan gue udah maafin lo. Jadi, stop nyalahin diri lo sendiri, bisa ?" Vania pun menjawabnya dengan anggukan membuat Vicky tersenyum lebar dan mengacak-acak rambut Vania.
Namun, kegiatan Vicky yang mengacak-acak rambut Vania terhenti dikarenakan tangannya ditahan oleh Rion.
"Bisa nggak, nggak usah ngacak-ngacak rambut pacar gue ?"tanya Rion datar namun auranya sangat intimidasi, lalu membuang tangan Vicky. *bayanginnya jangan tangan yang horror yah.. wkwk*
Vania dan Vicky mendongak, Renita ? Bodo amat.
"Ngapain lo disini ?"tanya Vania dengan ketus dan melupakan panggilan aku kamu.
"Jemput PACAR AKU,"jawab Rion dengan penuh penekanan pada kata 'pacar aku' dan menatap Vania tajam.
"Pacar lo ? Mana ? Dimana ? Pengen tau gue,"ucap Vania menantang. Rion mengepalkan tangannya berusaha menahan amarahnya.
"Pacarnya itu kamu,"jawab Rion berusaha tenang.
"Gue ? Sejak kapan ?"tanya Vania polos.
"Jangan ngajak ribut, bisa ?"tanya Rion balik.
"Gue ? Ngajak ribut ? Kapan ? Setau gue hidup gue tenang-tenang aja tuh, sampe-sampe lo dateng dan BOOM. Hidup gue berantakan,"jawab Vania.
"Jadi, aku penghancur kehidupan kamu ?"
"Baru tau ?! Kemana aja ?!"tanya Vania dengan senyum miring sedangkan wajah Rion memerah.
Renita mendengar perdebatan menoleh dan sedikit terkejut mendapati wajah Rion sedikit memerah, bukan karena malu, tetapi Renita yakin karena menahan amarah.
"Sa, cukup. Lo ikut dia, selesaiin masalah. Jangan disini, banyak yang ngeliatin,"ucap Renita memperingati. Vania mengedarkan pandangan dan melihat sekelilingnya menatapnya dengan penasaran.
"Jangan sampe lo nyesel,"bisik Renita.
"Vania, ikut aku,"ucap Rion menarik tangan Vania. Namun, Vania menahan diri untuk tidak bangun. Rion menatap tajam Vania.
"IKUT AKU,"ucap Rion dengan penuh penekanan. Vania hanya menggelengkan kepalanya, menolak ajakan Rion.
"Vania..."geram Rion. Vania dan Rion akhirnya seperti saling tarik-tarikkan. Vicky yang melihat itu mendorong bahu Rion hingga Rion mundur beberapa langkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT
Teen FictionVania Asya, perempuan cantik, pinter namun lemot, tidak sabaran, moodyan, bawel, dan belum bisa move on dari sahabatnya sendiri, Vicky. Akan tetapi, takdir mempermainkan Vania dengan menjadi pacar Rion Alexander, cowok datar, dingin, kalau ngomong h...