T i g a B e l as

4K 360 4
                                    

Disini bakalan ada percikkan masalalu Gavin, Cekidot!

Happy Reading, Guys

***

Gavin sudah keluar dari rumah sakit beberapa hari yang lalu, itu juga karena dia mengamuk minta dipulangkan. Dengan berat hati pihak rumah sakit dan Will memulangkan Gavin dengan berbagai syarat.

Di sinilah Gavin sekarang, di apartemennya. Dia memilih pulang ke tempat itu karena tidak mau direcokin Maminya. Dia lebih terbiasa sendiri.

Ruangan serba hitam, putih dan abu itu keliatan gelap, hanya ada cahaya dari lampu tidur dan layar macbooknya, karena Gavin sedang sibuk dengan macbooknya entah melakukan apa.

Sudah pukul 1 dini hari, tapi Gavin masih terjaga, sesekali dia mengumpat karena tangannya yang belum bisa melakukan banyak aktifitas seperti biasa. Dia masih masa pemulihan tapi dia mana peduli akan hal itu. Pekerjaan selalu segalanya untuknya.

Ceklek.

"Lo!"

Gavin masih bergeming.

"Lo ngapain, ha?" Will menghidupkan lampu utama pada kamar itu.

"Cuma ngecek laporan yang udah diserahin Karina." Dengan santai dan tanpa rasa bersalah dia menjawab pertanyaan Will dan sudah pasti membuat gula darah Will melonjak pesat.

"Cuma?"

Gavin diam.

"Istirahatlah, Gav."

"Ini gue lagi istirahat." Will mendengus sangat keras, bahkan Gavin bisa mendengarnya dengan sangat jelas. Istirahat katanya? Bahkan bola matanya masih tertuju pada layar 14" itu.

"Besok bisa dilanjut lagi."

"Tanggung, sedikit lagi."

"Tinggal berapa divisi?"

"Empat." Bahu Will merosot, bener saja dugaanya sedari tadi si keras kepala ini pasti belum istirahat, makan, apalagi obat? Sudahlah.

"Sini biar gue terusin. Lo mending tidur."

"Gue gak bisa tidur."

"Gimana bisa kalo lo terus aja kerja macam robot!"

Gavin sama sekali tidak mempedulikan Will yang kepalanya sudah berasap.

"Seminggu di rumah sakit kurang lama? Atau lo mau gue antarkan lagi kerumah sakit supaya bisa istirahat?"

Kali ini Gavin menoleh kearah Will.

"Tapi kali ini gue bakal antar lo ke rumah sakit jiwa. Lo benar-benar udah gak waras menurut gue." Will mengusap wajahnya kasar.

Gavin mendengus, menutup kasar macbooknya. Dan meletakkannya di nakas samping tempat tidurnya.

"Tidurlah barang 3-4 jam. Biar gue terusin, gue rela lembur di kantor dan di rumah cuma buat lo."

"Bego!"

"Memang! Tapi lo lebih parah, tidur aja gatau caranya."

Gavin menatap nyalang Will, dan Will membalas tatapan Gavin tidak kalah nyolot.

"Buruan. Atau mau gue telponkan Pagi supaya lo bisa tidur?" Sekarang Will memasang muka jahil, karena memakai kekerasan pada Gavin hasilnya percuma. Cara membalas Gavin itu adalah dengan cara mengerjainnya.

"Gila! Ngapain?" Noh, langsung sewot anaknya.

"Supaya lo bisa tidur dengan normal," sindir Will dan Will hampir saja terjungkal karena geli melihat reaksi Gavin saat dia menyebut-nyebut nama Pagi.

#1 Pagi untuk Gavin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang