T i g a S a t u

3.6K 342 47
                                    

Ada beberapa tambahan! Yang suka Gavin disiksa disini bagiannya! Hahaha *ketawajahat*

***

Gavin dan Will sedang berada di salah satu Mall besar di Jakarta, mereka ada pertemuan dengan seorang client dari Grup sebelah untuk melakukan kerja sama. Mereka sepakat akan melangsungkan pertemuan di sebuah restoran Jepang.

Di perjalanan menuju restoran tersebut, Gavin tak sengaja melihat sebuah toko yang menjual alat-alat musik. Tiba-tiba dia teringat soal gitar milik Pagi yang dia rusak hanya karena tidak senang melihat Pagi di rangkul mesra sahabatnya sendiri, judulnya sahabat Pagi itu laki-laki, apapun alasannya yang Gavin tahu dia hanya tidak suka. Thats why, dia mengirim Pagi ke rumahnya dengan skenario karangannya, alih-alih membiarkan Pagi kembali bertemu dengan Varco lagi hari itu.

"Woi, kita belum ganti tempat pertemuan jadi di toko musik!" seru Will begitu melihat Gavin yang berbelok memasuki toko musik tersebut. "Lo mau cari apa, sih?" Gavin diam, Will sudah merapalkan sumpah serapah pada Gavin dibelakang. Selain itu Will mulai cemas, pasalnya ada kenangan buruk mengenai musik dan salah satu alatnya yang akan membuat Gavin kesakitan.

Gavin berhenti di barisan gitar-gitar akustik. Dia meneliti gitar-gitar tersebut kiranya mana yang pantas diberikan untuk Pagi. Sesekali jemari Gavin menyentuh gitar-gitar itu. Awalnya tidak terjadi apa-apa karena di kepalanya masih fokus memikirkan satu hal yang menghubungkannya dengan Pagi. Will was-was mengikuti Gavin dari belakang, walau cukup heran saat melihat Gavin masih baik-baik saja.

Saat tangannya menyentuh sebuah gitar yang warnanya persis seperti kepunyaannya dulu, tanpa perlu menunggu waktu lama, tiba-tiba rasa sakit menyerang tepat di dada sebelah kirinya, seperti ada tangan besar yang meremas jantung itu, sehingga membuatnya hampir kehilangan oksigen, tangannya mencengkram dada itu kuat melampiaskan rasa sakit yang menjalar dari dalam.

Nafasnya tersenggal, diikuti dengan kepala yang tiba-tiba berdentum seperti baru saja dipukul dengan sebuah balok. Semua rasa sakit itu seperti tidak memberinya cela untuk menghirup oksigen, dia bahkan tidak bisa merasakan hal lain selain rasa sakit. Perpaduan nyeri dan sesak dari dada, dengan kepala yang berputar dan serasa akan pecah adalah kombinasi sempurna untuk menundukkan seorang manusia.

Sekelabat masalalunya kembali berputar di otaknya seperti kaset rusak, sesuatu yang rusak mestinya tidak pernah dicoba untuk memutarnya kembali, hal itu membuat telinganya juga ikut berdengung nyaring menulikan pendengarannya hingga batasnya merenggut keseimbangannya.
Dia meluruh ke lantai.

"Gavin! Hentikan! Gitar itu tidak akan membuatmu menjadi seorang pemimpin di Carendelano Corp." Seorang lelaki yang mirip sekali dengan Gavin yang hanya berbeda generasi saja merebut gitar itu secara paksa dari tangan Gavin remaja-putranya.

"Jangan Pa, Gavin minta maaf, kembalikan Pa." Gavin merengek, memohon Papanya mengembalikan hartanya, gitar pemberian Gita sewaktu dia berulang tahun yang ke14.

Gavin berlutut memeluk kaki Papanya, terus memohon agar tidak melakukan apapun pada gitarnya. Satu-satunya yang membuatnya tau bahwa Gita masih mengasihinya sepeninggal wanita itu.

"Banyak yang harus kamu pelajari, Papa gak akan biarkan kamu melakukan hal tidak berguna seperti ini lagi." Gavin menggeleng, dia kehabisan kata-kata.

Prang..

Ginathan dikuasi emosi, tidak peduli bahkan putra semata-wayangnya sudah berlutut di kakinya, gitar itu dibanting beberapa kali oleh Ginathan-papa Gavin hingga membuat gitar itu hancur tidak berbentuk.

#1 Pagi untuk Gavin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang