E m p a t E m p a t

3.6K 338 45
                                    

Maafin eike yang labil, cerita gak rampung-rampung eh cover gonta-ganti. Maklumin ae, eike anaknya bosenan, untung-untung ini cerita kagak eike tinggal tanpa kepastian hahahaa

So, Guys yang mau kasih saran soal cover mana yang better eike tunggu, kalau milih sendiri suka gak jelas kemana juntrungannya wkwkwkw..

So now, cekidot!

Enjoy this part.

***

"Gav," panggil Will seraya menghampiri Gavin yang sedang memakai bajunya di depan kaca besar di kamarnya. "Gue dapat pesan dari Abrien, nanyain posisi lo dimana dan jangan bilang Lo masuk team?"

"Hmm." Gavin mengambil sisir dan mulai menata rambutnya.

"Gak Gav, enggak bisa," ujar Will gelisah.

"Cuma cadangan."

"Tetap aja, gue gak bakal gue izinin!"

"Kalau dibutuhkan aja," balas Gavin dengan santai, seolah kekhawatiran Will tidak ada artinya.

"Lo tau kan-" Suara Will mulai meninggi.

"Tau," potong Gavin cepat. "Gue cuma mau tau aja sampe dimana batasannya." Will tercenung mendengar ucapan Gavin.

"Jangan maksain diri, bahaya Gav." Will mengacak rambutnya, dia benar-benar gelisah.

"Enggak ada yang maksain diri, siapa tau setelah ini gue total gak bisa main lagi, seenggaknya sekali sebelum gue terima kenyataan kalau gue beneran gak bisa main lagi nanti, lagipula lo gak bakal biarin gue mati tanpa pertolongan apapun kan?" Gavin melirik Will dari cermin di depannya.

Sebenernya selain itu alasan Gavin ikut bergabung dengan team basket tentu saja karena Pagi, dia suka melihat euforia Pagi saat menonton orang bermain basket, keceriaan gadis itu benar-benar membuat para pemain bersemangat karena supportnya yang maksimal. Gavin juga ingin merasakan berada di posisi itu, merasa tidak puas hanya sebagai penonton seperti kemarin, dan seperti yang dia katakan sebelumnya, dia sangsi tidak akan bisa melakukannya di kemudian hari kalau dia menunda keinginannya ini.

Will mengusap wajahnya kasar, kakinya menendang udara melampiaskan kekesalannya terhadap Gavin yang begitu keras kepala. "Sekalinya ngomong panjang begitu, malah omongan begini yang keluar dari mulut lo, pengecut lo, Gav."

Gavin tertawa kecil, dia membenarkan dalam hati ucapan Will yang mengatakan bahwa dirinya pengecut.

"Berdoa aja supaya gue gak diperlukan di lapangan."

"Belagu."

"Gue emang sejago itu." "Kalau aja jantung ... sialan ini gak merebut semua kebahagian gue," lirihnya. Gavin meletakkan sisirnya dan tangannya beralih mengambil jaket varsitynya, dan berjalan lebih dulu, membiarkan Will dengan perasaan campur aduk.

][

Pertandingan basket putra kemarin berhasil dimenangkan jurusan manajemen bisnis, maka dari itu mereka akan bertanding kembali keesokan harinya.

Sedangkan tari tradisional jurusan manajemen bisnis harus berlapang dada karena tidak meraih medali apapun, tapi untuk lomba debat mereka berhasil membawa pulang medali perak, dan emas dimenangkan oleh jurusan hukum.

Hari ini begitu terik tapi tidak menyurutkan semangat semua peserta beserta supporternya, begitu pun Pagi.

Semangatnya semakin membara begitu melihat Gavin berjalan bersama rombongan team, dia terlihat memakai celana basket team mereka tetapi tubuhnya dibalut jaket varsity yang kancingnya sengaja dia lepas.

#1 Pagi untuk Gavin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang