E n a m D e l a p a n

4.1K 293 104
                                    

Halloooooo...

Ini 3k words, so enjoy!

Semoga termehek-mehek yaaa 😂

***

Gadis itu, yang menghabiskan malamnya dengan air mata, sudah tiba di rumah sakit sekitar pukul sepuluh pagi, dia datang lebih siang, tidak seperti biasanya.

Dari jauh, dia bisa melihat 4 orang lelaki dengan setelan serba hitam. Pagi mengenal tiga di antaranya.

Santo dan Anton berdiri tepat di depan pintu kamar Gavin, sedangkan Theo dan satu lagi yang Pagi tidak ketahui namanya berdiri di kedua sudut koridor tepat sebelum pintu kamar Gavin, kedua orang itu persis seperti gerbang.

Langkah Pagi terhenti saat Theo mengangkat tangannya meminta Pagi untuk berhenti.

"Tuan, sedang tidak ingin diganggu." Pagi spontan berdecak. "Tidak terkecuali anda nona," tambahnya.

"Apa?!" Pagi geleng-geleng kepala. "Pokoknya gue harus masuk, gue mau ketemu Gavin."

"Jangan membantah Nona, saya tidak ingin berlaku kasar pada anda."

"Kalau lo ngelakuin itu, lawan lo adalah Gavin."

"Maaf Nona, tapi tuan tidak akan keberatan saya melakukannya jika Nona bersikeras menemui Tuan."

"Persetan! Gavin gila!" Dia marah tapi dia juga merasa sedih, bisa dilihat dari air matanya yang mulai berjatuhan.

"Gue mau ketemu dia!" Pagi mencoba menerobos kedua laki-laki itu, tapi tentu saja Pagi gagal.

Berkali-kali mencoba tetap hasilnya gagal.

Gavin tidak sengaja menoleh ke arah pintu kamarnya yang ditempeli kaca, sehingga dia bisa melihat sepenggal aktifitas di luar ruangannya.

Dia bisa melihat Pagi mencoba dengan keras menerobos penjagaan pertama yang disiapkan Gavin. Tidak tahan melihat pemandangan di luar pintu, dia mengalihkannya ke arah luar jendela.

"Gav, apa enggak keterlaluan? Dia cuma mau ketemu lo," ucap Will saat mengakhiri percakapannya di telepon dengan Anton.

Gavin tidak bersuara, dia hanya diam membeku, dengan pandangan keluar jendela. Jika ditanya, apa yang membuat Gavin begitu suka melihat keluar jendela jawabannya adalah tidak ada. Dia bahkan tidak melihat apapun di luar sana kecuali memorinya tentang Pagi.

"Gav, kasihan Pagi, Nak." Gita sengaja berdiri tepat di depan wajah Gavin.

Gavin memasang wajah sengak, sebelumnya dia menghembuskan nafas kasar. Dia kelihatan mulai emosi, dan itu membuat Gita panik sendiri.

"Daripada Mami ngurusin apa yang aku putuskan ke Pagi lebih baik Mami jelasin ke aku soal TripleGroup." Gita meneguk susah payah salivanya.

"Dan lo, beneran gatau apa-apa?" todong Gavin pada Will.

Will juga ikut merasakan sensasi mencekam yang diciptakan Gavin. Maka dari itu hanya gelengan yang bisa dilakukan lelaki itu.

"TripleGroup sebenarnya adalah kepunyaan CDC tapi identitasnya dirahasiakan," ucap Gita tiba-tiba.

Will dan Gavin tidak bisa mengontrol ekspresi mereka yang tampak terkejut dengan fakta tersebut, mereka sama terkejutnya saat tahu, Gita lah pimpinan perusahaan besar asal Singapur itu.

Rapat dewan direksi diselenggarakan 2 hari setelah insiden berdarah itu. Tentu saja merencakan ulang proyek mereka karena ada perubahan struktur organisasi pada RRC, kemungkinan besar RRC akan didiskualifikasikan.

#1 Pagi untuk Gavin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang