E n a m D u a

3.6K 321 114
                                    

P.S ada Pagi di mulmed 👆🏻

Malam minggu.. malam minggu...

Yuk ayuk merapat di lapak Gavin dan Pagi.

Mudah-mudahan feelnya berasa, biar yang malmingnya kelabu nambah kelabu bhakakakaka

Ucet dah, jahat bener aye yak.

Btw, jangan bosen setiap kali dapetin pembukan ucapan terimakasih dari aku, karena sesungguhnya hanya itu yang bisa aku lakukan untuk kalian yang udah mau menghargai tulisan aku, tidak dari seberapa banyak votes atau komen atau bahkan siders, itu cuma perkara angka! Tapi kalian yang mau berbagi perasaan pada cerita, menaruh perhatian pada cerita ini, menyumbang waktu untuk tulisan ini adalah sesuatu yang tidak bisa dihitung dengan angka.

Sekali lagi, aku tidak akan pernah memaksa kalian untuk memvotes, itu hak mutlak kalian, oleh sebab itu jumlah votes adalah pemanis bentuk apresiasi yang sangat aku banggakan. Tapi kalian yang namanya muncul di notif atau tidak adalah sebuah penghargaan buatku 😊

Mungkin aku berlebihan, tapi kembali terjun ke dunia menulis ini dan mendapat respon yang menurutku baik ini adalah satu hal yang tak pernah terlintas dibenakku. Itu sebabnya aku gak bosen-bosen say thanks!

Enjoy this story my loves!

***

Senyum Gavin tidak henti-hentinya tercetak di bibirnya, bahkan senyumnya hingga ke mata. Suasana hatinya luarbiasa bagus.

Pagi berada di dekatnya, meeting untuk mengajak kerja dengan TripleGroup pun di setujui, lengkap bukan? Apalagi dia sudah membayangkan bagaimana kencan sesungguhnya esok hari, bersama Pagi dan Coldplay.

"Ngeri gue bro," tegur Will saat mereka baru saja menginjakkan kaki di pelataran hotel yang mereka tempati.

"Ngapa?"

"Lo senyam-senyum gitu, gak biasanya."

"Berisik." Gavin berjalan lebih dulu meninggalkan Will di belakangnya, yang masih memperhatikan pemuda di depannya, senyum masih juga belum luntur dari wajahnya, yang dia tuju sekarang hanya Paginya, menceritakan tentang kabar bahagia itu pada Pagi.

Saat di dalam lift menuju lantai dimana kamar mereka berada, Will bisa melihat berubahan signifikan raut wajah Gavin.

Tidak lagi secerah tadi, senyum pun tak tampak lagi, wajah segar meronanya perlahan memudar berganti pucat pasi.

Will menepuk Gavin di sebelahnya yang sudah menyandarkan tubuhnya ke sisi badan lift. "Lo oke?"

Gavin memaksa untuk menarik sudut bibirnya dan menganguk kecil. Tapi itu Will, dia tau Gavin luar dalam. Dia tau lelaki itu sedang tidak baik-baik saja.

Will mendesah tapi jantungnya mulai berdegub kencang, saat melihat keringat dingin mulai bercucuran dari pelipis Gavin. Dia ingin melakukan sesuatu, tapi Gavin pasti tidak suka itu, sehingga dia memilih mempersiapkan diri atas apa yang akan segera terjadi pada Gavin. Mengawasi terus lelaki yang ada di dekatnya ini.

Ting!

Pintu kaca itu terbuka, perlahan Gavin menegakkan tubuhnya, pandangannya terlihat berputar-putar dan kabur.

'Shit!' umpatnya dalam hati. Apalagi sekarang? Bahkan emosi bahagia pun seakan tidak boleh lagi dia rasakan.

Tertatih dia berjalan dengan sebelah tangan meraba dinding sebagai penumpu bobot tubuhnya yang seperti tidak bisa ditanggung oleh kedua kakinya.

#1 Pagi untuk Gavin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang