D e l a p a n B e l a s

3.6K 323 15
                                    

Briefing akhir dilaksanakan pada hari jumat sore. Semua kepanitiaan berkumpul untuk membicarakan perihal kegiatan mereka esok, dan membicarakan soal adanya perubahan kepanitian yang anggotanya terpaksa diganti.

Abrien memimpin briefing menyampaikan apa saja yang bersangkutan dengan round down acara yang sudah disusun sedemikian rupa.

"Jadi ada yang ingin saya sampaikan kepada kita semua mengenai pergantian anggota kepanitian pada seksi dokumentasi, dikarenakan anggota yang bernama Nuri yang dikoordinasi oleh Jea sedang berhalangan karena sakit dan harus menginap di rumah sakit. Jadi, saya dan wakil, begitu juga kepada kakak Gav selaku pembimbing telah menggantikan Nuri dengan Pagi dari manajemen bisnis semester tiga. Kepada Pagi dipersilahkan memperkenalkan diri."

Pagi yang sedang melamun, disadarkan Jea dengan menyikut lengannya.

"Perkenalkan diri lo," bisik Jea dan Pagi dengan salah tingkah karena sudah ditatap oleh semua penghuni ruangan tersebut pun berdiri, sebelumnya dia menarik nafas dalam dan membuangnya kemudian, dia menampilkan senyum pepsodent andalannya.

"Hai semua, perkenalkan nama saya Pagi, di sini saya akan menggantikan Nuri pada seksi dokumentasi, mohon bantuannya ya teman-teman dan kakak-kakak sekalian," sapanya ceria dan membungkukkan tubuhnya sebentar di akhir kalimat. Masih dengan senyum cerianya dia menatap sekeliling dan begitu mata bulat hitam legam itu bertemu dengan mata coklat tajam milik Gavin seketika senyum Pagi luntur dan langsung memutuskan pandangan di antara mereka dan kembali duduk meringsut ke tubuh Jea.

Will menahan tawanya melihat bahasa tubuh Pagi, sedari tadi dia memang memperhatikan Gavin dan Pagi. Will menunggu saat-saat seperti ini.

Flashback On

Gavin dan Will sudah berada di apartemen milik Gavin dengan Gavin yang sudah lebih dulu sampai di apartemen tersebut.

Will mendudukkan dirinya di sofa abu tua di ruang televisi tepat di samping Gavin duduk. Dengan handuk yang masih menggantung di lehernya, tidak sengaja diliriknya lengan Gavin yang merah dan mulai kebiruan begitu kontras dengan kulit putih bersihnya, membuat Will penasaran dan bertanya.

"Kenapa tangan lo?" Gavin melirik Will sebentar kemudian kembali memfokuskan dirinya pada layar tivi di hadapannya, terlalu malas menjawab pertanyaan Will.

Will yang geram karena diabaikan, menekan luka merah kebiruan itu dengan kuat, membuat Gavin benar-benar terusik dan terpancing emosinya.

"Shit!" Gavin menatap Will garang, tapi Will hanya nyengir merasa tidak berdosa.

"Jangan mengumpat, lo diam aja enggak ada yang berani deket-deket lo, apalagi mengumpat gitu. Makanya gue nanya itu dijawab, lo fikir suara gue seenggak berharga itu, hah?"

Gavin berdiri tanpa menjawab pertanyaan Will.

"Eek lo, Gav." Melihat Gavin menuju pantry mengambil kopi kaleng dari lemari esnya, eh. Kemudian dia kembali duduk di samping Will.

Will terhenyak melihat Gavin kembali, sialan dia dikerjain fikirnya.

"Minum-minum sendiri lo, kuburan lo sempit entar." Will merebut kopi kaleng tersebut begitu Gavin duduk dengan sempurna dan meneguknya hingga tandas. Kemudian dia nyengir sebelum akhirnya berlalu menuju pantry dan mengambil sekotak jus dan membawanya ke tempat dimana ada Gavin.

"Ini buat gantiin kopi lo." Will menyerahkan sekotak jus dingin itu langsung kegenggaman Gavin yang diam, tidak lupa dengan wajah tanpa dosanya. Will tahu betul Gavin sangat kesal, tapi dia juga tau betul bahwa Gavin dilarang keras mengkonsumsi kafein yang akan membuat lambung ringkih si keras kepala itu berulah. Suka gak tau diri kalau lambungnya udah serentan dan sesensitif itu.

#1 Pagi untuk Gavin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang