E n a m S a t u

3.6K 336 94
                                    

Thank you buat yang udah baca, juga Vomments di last part :)


Duh lama gak update, jadi kehilangan feel cerita ini 😫

Maafkeun daku yaaaaa..

Enjoy this story!

***

"Beneran mau keluar sekarang?" tanya Pagi sambil memasukkan bungkus-bungkus obat Gavin ke dalam satu tempat.

Gavin mengangguk begitu pandangan Pagi beralih dari bungkus-bungkus obat yang sedari tadi membuatnya sedikit cemburu itu.

Sehat Gav?

"Ini salah satu alasan kenapa gue gak mau lo tau—"

"Oke-oke kita pulang." Pagi menghampiri Gavin yang duduk di pinggir kasur dengan wajah ditekuk oleh sirat sedih dan penyesalan.

"Gue gak maksud gitu loh." Pagi menyisiri rambut Gavin dengan jemarinya. "Jangan bilang lo gak mau buat gue khawatir, udah terlanjur Gav, gue gak bisa untuk gak khawatir. I am overthink because i am overlove, oke?" Pagi menatap intens ke manik Gavin, membuat Gavin bungkam seribu bahasa.

Pagi tersenyum sebentar. "Tante marah gak nih anaknya gue bawa kabur?"

"Mami gak bakal kutik sama lo."

Pagi terkekeh. "Kalau lo?"

"Kayaknya sama, apalagi kalau lo yang mendominasi," ucap Gavin. "Ganas," sambungnya dengan intonasi sedikit lebih drama.

Pagi memukul pundak Gavin. "Jangan dibahas ih."

"Mau lagi," rengek Gavin manja.

"Gavin!" Kali ini Gavin yang terbahak, melihat wajah merah padam Pagi, tapi saat dia bilang 'mau lagi.' Dia memang menginginkan itu, Pagi benar-benar good kisser untuknya, atau mungkin karena Pagi yang pertama baginya? Bisa jadi. Tapi Pagi melakukannya dengan sepenuh hati, dengan semua rasa cintanya terhadap Gavin, itu yang membuat semuanya terasa istimewa.

"Ayo." Gavin mengisi sisi-sisi kosong jemari Pagi dengan jemarinya, saat itu juga dia semakin paham bahwa seluruh ruang kosong dalam dirinya membutuhkan Pagi yang berperan untuk mengisinya.

][

"Iya sayang?" ucap Pagi dengan suara begitu ceria saat ada panggilan dari Gavin. Dia juga sengaja menggunakan embel-embel sayang untuk membuat Gavin salah tingkah, bagi Pagi lelaki itu begitu menggemaskan kalau sedang salah tingkah.

Mau tak mau, ada senyum terbit di bibir Gavin. Walaupun tidak saling bertatapan Pagi tau Gavinnya sedang menahan diri untuk tetap terdengar cool. "Pulang dengan Pak Kus, ya? Gue harus berangkat duluan ke Spore, ada urusan," kata lelaki itu datar, tapi di sebrang sana dia mati-matian menahan senyum dan mengontrol intonasi suaranya.

"Duh ... sibuk bener, akunya enggak diurusin," ucap Pagi dengan manja dibuat-buat.

"Enggak pantes." Pagi malah terbahak mendengar respon Gavin.

"Yaudah, entar lagi take off, see you tomorrow ... Dear." Suara Gavin memelan di ujung kalimatnya tapi bisa didengar dengan baik oleh Pagi dan kontan membuat hatinya bergetar.

"Bilang apa tadi?" Pagi jadi ingin menggodai Gavin.

"Begitu makanannya habis, acara ngobrol lo sama dia juga selesai ya?!" Daripada malu, tau dirinya sedang digodai Pagi, Gavin lebih memilih mengalihkan topik.

Pagi terkejut, kenapa Gavin mengetahui bahwa dia sedang di kantin, makan, dan ngobrol dengan seseorang.

"Lo cenayang? Atau lo mata-matain gue?" Pagi cuma bisa mendengar tawa meledek dari Gavin untuknya, Pagi pun menoleh ke sekelilingnya dan terakhir netranya menangkap sosok seorang yang sangat dia kenali, tidak jauh dari tempatnya duduk ada Pak Kus kiriman Gavin langsung tersenyum begitu melihat Pagi menemukannya.

#1 Pagi untuk Gavin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang