S e m b i l a n B e l a s

3.1K 336 17
                                    

Gavin

"Tunggu!" Gue mendengar ada teriakan dari arah belakang gue, gue memutuskan untuk berbalik melihat siapa orang yang udah berani telat itu.

Ah dia ternyata, dia kelihatan capek banget, sampai terengah-engah gitu.

Sekarang dia sudah berdiri tegap. "Gue belum telatkan? Harusnya belum." Diliriknya jam tangan di tangan kirinya.

Apa katanya? Belum telat? Sudahlah dia yang bertanya dia pula yang menjawab. Dasar perempuan tidak pernah salah.

"Lo sudah sangat telat kalau lo menyimak briefing kemarin sore."

Dia malah nyengir dan matanya mulai meneliti gue dari ujung kaki sampai ujung kepala, dia gak sadar dengan apa yang udah dia lakukan, mengamati seseorang yang seseorang itu dengan sangat sadar diamati seperti itu. Gue rasa dia tertarik dengan gue, gue seganteng itu mungkin? Ya walaupun gue tau, gue memang ganteng.

Selagi dia mengamati gue, gue juga melakukan hal yang sama, perbedaannya gue cuma mengamati sekilas doang, supaya enggak kegep kayak dia ini.

Dia pakai sweater rajut ungu muda kebesaran, entah emang dia yang kecil atau dia emang suka pakai yang kegedean?

Kemeja kotak-kotaknya kemarin, jaket jeansnya, sekarang sweaternya.

Gue rasa dia juga suka warna ungu, ransel jansport mediumnya dia juga warna ungu hanya saja kalo ini ungu tua.

Rambutnya dicepol asal-asalan, dia pake jeans hitam pencil cut dan vans warna maroon.

Wajahnya jangan ditanya, gue rasa dia belum mandi, gue enggak melihat bedak atau teman-temannya menempel di wajah bulatnya itu.

Kendalikan diri lo, Gav. Sejak kapan mengamati penampilan perempuan menjadi keharusan buat lo? Ck, menggelikan .

"Lo mau berdiri di situ sampai kapan?"

Dia nyengir lagi, apa sih ni cewe nyengir mulu, kalo gue bentak masih bisa nyengir gak dia?

"Ini mau masuk, tapi lo terlalu sayang untuk dilewatkan."

Nah kan, apa gue bilang, tapi apa dia emang semudah itu mengutarakan semuanya? Di saat semua perempuan cuma bisa mengagumi gue diam-diam. Ajaib memang.

Gue tinggal aja dia. Begitu gue naik, diikutin dia, bus langsung mulai bergerak.

Dia terus ngikutin gue, dan sialnya bangku yang tersisa di bus ini cuma 2, mau gimana lagi, mau gak mau ya gue harus sebelahan sama dia.

"Gue duduk di sini ya. Engga ada tempat lagi."

Bego, emang dia mau duduk di mana lagi?

"Ehm Gav, gue ngantuk banget, sumpah."

"Bukan urusan gue." Sebelum gue mengalihkan pandangan ke arah jendela, gue bisa lihat dia memanyunkan bibirnya.

Gue yakin dia bakalan gangguin gue padahal gue udah sengaja pura-pura tidur.

"Gav."

See? Annoying banget emang si Pagi Pagi ini. Gue memilih untuk tetap pura-pura tidur berharap dia paham kalo gue gamau dia ganggu.

Gue gagal, sekarang gue ngerasa tangan gue seperti dipegang sama seseorang, ya jelas dia lah orangnya, diguncang-guncangnya tangan gue sambil teriakin nama gue.

"Gav!"

Dengan emosi tertahan gue tetap pada posisi awal.

"Gavin!" Dia semakin menguatkan suaranya, apa-apan dia panggil gue kayak tadi, kenceng-kenceng pula. Gue buka mata dan langsung bertemu dengan manik hitam itu.

#1 Pagi untuk Gavin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang