Part 9

145 12 1
                                    

Happy reading
Maaf jika typo bertebaran

Gadis itu melangkahkan kedua kakinya masuk ke halaman rumahnya dengan senyum yang masih terukir di wajahnya karena satu kata yang berefek sangat dashyat 'sayang'.

"Ciee....yang pulangnya dianterin sama pacar"

Sebuah suara mengintrupsi langkahnya membuat gadis itu dengan terpaksa harus mencari asal suara itu. Didapatinya seorang lelaki sedang duduk di teras rumahnya sambil memainkan gadget. Lelaki yang biasa ia panggil 'kakak'

"Apaan sih kak. " Hanya kata itu yang mampu keluar dari mulutnya disertai dengan kedua pipinya yang merona seketika.

Lelaki yang dipanggil kakak itu seketika tertawa melihat adiknya yang merona hanya karena godaan kecil.

"Dek, Cerita dong gimana awal kenalannya." Goda kakaknya lagi sambil mengedipkan sebelah matanya.

Alih-alih bercerita gadis itu mengeluarkan buku dari dalam tasnya dan digunakan untuk memukul kakaknya. Pukulan yang tak berefek sedikitpun membuat kakaknya semakin terus menggodanya.

"Kok lo jadi nyebelin gini sih? Biasanya juga gue pulang dianterin teman cowok gue, lo biasa aja. Eeh..sekarang malah godain gue" gerutu gadis itu sambil mendudukkan bokongnya disamping kakaknya.

"Bukan gitu Digna-ku sayang. Gue udah hafal wajah-wajah cowok yang biasa anterin lo. Nah..kalo yang ini beda. Udah deh mending jujur aja. Gue juga pernah ngalamin ini kok." Balas kakaknya.

Gadis yang dipanggil Digna itu terdiam mendengar ucapan kakaknya. Mungkin ia sedang menimang-nimang apa ia ingin berbagi cerita dengan kakaknya atau tidak. Apa yang dikatakan kakaknya juga benar. Tidak ada salahnya kan jika ia berbagi.? Mungkin kakaknya bisa menjadi pendengar yang baik. Tapi niat itu ia urungkan. Belum saatnya, pikir gadis itu.

"Ehmm...nanti gue cerita deh. Gue kedalam dulu. Bye.." Ucap Digna kemudian bangkit dari duduknya dan melangkah kedalam rumah. Tapi sebelum melangkah ia menyempatkan mencium pipi kiri kakaknya sambil mengedipkan sebelah matanya kemudian berlari masuk ke dalam rumah disertai suara tawa yang keras.

Drew, kakaknya terdiam beberapa saat dengan tindakan yang dilakukan oleh adiknya itu. Dan...

"Dignaaaaaa.......lo gila ya. Pipi gue nggak perjaka lagi." Teriak Drew kemudian berlari kedalam menyusul adiknya.

***
Malam minggu yang indah seharusnya digunakan para remaja untuk hangout bersama teman-teman atau orang-orang tersayang. Melepas penat setelah enam hari penuh dengan segala aktifitas yang padat. Mall, bioskop, cafe dan jajarannya dimanfaatkan dengan baik oleh tua muda. Namun, beda dengan dua gadis ini yang memilih kamar tidur sebagai tempat hangout  terbaik untuk menghabiskan malam minggu keduanya.

Kamar dengan nuansa feminin. Tembok kamar berwarna pink beserta segala isinya yang juga berwarna pink menunjukan bahwa pemilik kamar ini adalah seseorang yang masuk dalam kategori girly.

Oppa, saranghae, jeongmal, omo, daebak apapun itu yang terdengar dalam kamar itu. Sesekali disertai dengan tawa kedua gadis itu dan juga kadang terdengar bunyi yang sedikit menjijikan seperti seseorang yang sedang mengeluarkan cairan berlendir dari kedua lubang hidungnya. Kertas-kertas berwarna putih bertekstur lembut  yang telah dipenuhi oleh cairan berlendir dan cairan asin dari mata menyebar di sekitar tempat  kedua gadis itu duduk.

Ternyata suara-suara tadi berasal dari sebuah benda berbentuk kotak berwarna putih dengan gambar apel kecil yang sudah tergigit. Benda yang ternyata disebut laptop itu menampilkan  pria dan wanita yang sedang berpelukan di tengah salju.

"Sumpah Rhyt...gue baper banget. Kenapa sih cowoknya nggak mau ngungkapin perasaan dia ke cewek itu" ucap salah satu gadis yang disertai isakan kecil.

Gadis yang diajak bicara itu hanya mengangguk-angguk mendengar ucapan gadis itu. Dan kemudian menyambar kotak yang berisi kertas - kertas putih lalu diarahkan ke wajahnya guna menghapus cairan yang mengalir dari kedua matanya.

"Iyaaaa....tapi lebih miris nasib kita, Na" sambung gadis yang dipanggil Rhyt.

Gadis  yang sedang terisak itu mengalihkan pandangannya dari laptop dan menatap gadis disampingnya dengan kedua alis yang bertautan karena bingung dengan ucapan temannya itu.

"Maksud lo? Emang miris kenapa?" Tanya gadis itu

"Karena malam mingguannya cuma dikamar aja. Bosan gue. Kalo nggak di kamar lo pasti di kamar gue. Masa gitu-gitu mulu" balas gadis itu dengan nada suara yang terdengar lesuh. "Ehhh..tapi gue dengar-dengar katanya lo lagi dekat sama seseorang" sambung Rhyta dengan kedua mata yang sedikit memicing.

"Nggak kok" ucap gadis itu ambigu antara iya atau tidak.

"Ck , jujur aja deh, Na. Tadi gue lihat kak Ethan pulang bar..."

Ceklek.

Ucapan Rhyta terpotong karena bunyi pintu yang dibuka. Rhyta dan Digna mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu dan mendapati Andy yang sedang berdiri dengan kepala yang digeleng-geleng. Mungkin prihatin dengan kamar adiknya yang sudah seperti kapal pecah.

"Kalian berdua tu jorok banget sih." Keluh Andy sambil memungut salah satu tisu yang berserakan di antara tisu-tisu lainnya.

Kedua gadis itu tak merespon keluhannya. Malahan mereka memfokuskan pikiran mereka pada drama korea yang sedang mereka tonton di laptop.

"Na, si ceweknya kok mau ngorbanin perasaan dia demi orang lain sih." Ucap Rhyta disela-sela menarik cairan yang berasal dari hidungnya.

Digna hanya merespon dengan menganggukkan kepalanya. Kemudian salah satu tangannya menarik tisu dan membersihkan butiran-butiran kristal yang mengalir dari matanya.

Andy tak dianggap sama sekali dalam kamar itu. Ia bagai makhluk astral.

"Ehhh....Nih manusia berdua diajak ngomong malah nggak nanggapin gue." Ucap Andy kemudian melempar tisu yang dipegangnya ke arah Digna dan Rhyta.

"Kak, lo apaan sih? Ngapain ke kamar gue? Kalo ada perlu bilang aja" teriak Rhyta di akhir ucapannya.

" Jangan galak gitu dong. Sebagai kakak yang sayang adik, gue pengen ngajak kalian malming bareng. Mau nggak?"

"Seriusan? Palingan juga malmingnya di kamar lo. Gimana ceritanya lo ngajak gue sama Digna malming. Motor kan cuma satu. Emang mau boncengan bertiga.? Nanti dikira cabean terongan lagi." Balas Rhyta yang diangguki Digna.

Andy hanya memutar bola matanya malas mendengar ucapan adiknya.

"Banyak bacot deh. Tenang aja. Nanti gue boncengan sama lo. Nah kalo Digna bareng sama...."

"Andy....Andy....Lo di mana?"

Ucapan Andy terpotong karena
terdengar suara seorang lelaki dari luar kamar. Dia terus memanggil  hingga suara itu semakin terdengar jelas dari kamar itu.

"Gue disini. Di kamar Rhyta. Kesini aja." Teriak Andy.

Lelaki itu muncul di belakang Andy dan menepuk bahunya.

"Katanya tunggu 5 menit. Ehh..malahan udah lebih dari 5 menit gue nungguin lo di kamar. Aku kan atut cendilian di kamal" Lelaki itu mengedipkan sebelah matanya pada Andy

"Jijik deh, Than." Andy bergidik ngeri dan memasang wajah seperti orang yang ingin munta

Kedua gadis yang memperhatikan tingkahnya hanya tertawa kecil. Namun lelaki itu berpikir jika yang ada dalam kamar itu hanya adik perempuan dari temannya. Ia tak menyadari jika ada gadis lain di kamar tersebut hingga matanya tertuju pada Digna dan sontak membuat mulutnya menganga kemudian keluar satu kata dari mulut lelaki itu, " Sayang. "

Kedua kakak-beradik yang ada di ruangan itu memberikan tatapan     'kalian berdua udah pacaran?'

***

Semoga Suka.☺
Please Vomment-nya
Makasih

Bad Boy? Serius?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang