Part 16

114 8 4
                                    

Happy reading 😊

"Caranya tu gini...kamu kan udah dapet hasilnya dari pemfaktoran, jadi kamu tinggal masukin rumusnya aja." Jelas Ethan sambil menunjuk angka-angka di kertas cakarannya.

"Ohh..jadi cuma gitu doang? Tapi kok kayak rumit banget ya.." Balas Digna puas tapi masih protes sambil menuliskan angka-angka di buku pr matematikanya.

"Kalo nggak rumit berarti bukan matematika. Ini hanya masalah pemahaman aja sih. Logikanya harus main.." Ethan tersenyum sambil menyentil kening pacarnya.

"Auwww..sakit tau"Digna memasang tampang cemberut kemudian melanjutkan mengerjakan pr-nya atau lebih tepatnya menyalin jawaban Ethan.

Malam minggu yang seharusnya digunakan untuk kencan, kumpul bersama teman-teman justru digunakan keduanya untuk mengerjakan pr. Lebih tepatnya mengerjakan pr sang pacar.

Tepat pukul 06.00 pm, Ethan menjemput Digna di rumahnya setelah mendapat izin dari kedua orang tua Digna. Keluarga Digna juga telah mengetahui jika Digna dan Ethan ternyata berpacaran dan itu bukan sebuah masalah bagi mereka. "Yang penting pacarannya positif dan nggak neko-neko" Kata mama Digna. Namun ada satu hal yang selalu membuat Digna kesal. Dia terus-terusan diganggu kakaknya. Dan itu benar-benar menyebalkan, menurut Digna.

Jam dinding di ruang tamu Ethan yang begitu mewah menunjukkan pukul 07.30. Dan kegiatan mengerjakan pr matematika juga sudah selesai. Digna sedang menyimpan alat-alat tulisnya sementara Ethan sedang ke kamarnya untuk mengambil gitar.

"Eee..ka Digna disini. Aku pikir siapa."Ucap Vanno, adik Ethan yang berusia 9 tahun. Tangannya sedang digandeng oleh mama Ethan.

"Mama sama Vanno mau kemana?" tanya Ethan sekembali dari kamarnya sambil membawa gitarnya

"Ke apartemen kakak kamu. Biasalah...menye-menye dia lagi kumat jadi minta ditemenin. Digna nggak pa-pa kan ditinggal sendiri? Tenang aja. Ethan anak baik-baik kok. Nggak bakal macam-macam. Kalo dia macam-macam kamu teriak aja biar dihajar pak satpam soalnya dia nggak berani sama pak satpam." Ucap mama Ethan yang terkesan ramah dan sudah sangat akrab sekali dengan Digna karena Digna sudah sering kali main ke rumah Ethan.

Digna yang mendengarnya hanya cengengesan sedangkan Ethan memasang tampang masam ke mamanya

"Yuk ma..kita berangkat. Digna nggak papa kan kalo kami tinggal? Kalo Ethan macam-macam tikam dia pakai pisau. Pisau di dapur. Kamu tahu tempatnya kan?" Ucap papa Ethan.

"Siap laksanakan om" Balas Digna sambil ketawa-ketawa kecil.

Kemudian mereka bertiga berlalu pergi.

"Hmm..kak Elsa emang lagi kumat apa? Padahal pengen banget cerita sama dia" Ucap Digna dengan kedua tangan yang menopang dagunya

"Dia tu manja-manja bikin kesel. Diputusin pacar, nangis. Bertengkar sama sahabat, nangis, lagi datang bulan, jerit-jerit kesakitan. Masalah dia tu cuma itu-itu doang. Namanya juga satu-satunya anak perempuan jadi kalo ada apa-apa mama sama papa pasti bakal khawatir kayak gitu. Palingan juga sekarang lagi dapet trus jerit-jerit kesakitan" Ethan mulai memetik-metik senar gitarnya. Mencoba satu persatu kunci gitar.

Digna yang sedang duduk di sofa kemudian berpindah duduk di lantai disamping Ethan sambil menyandarkan punggungnya di badan sofa dengan kedua kaki yang dilipat.

"Kamu kok gitu ngomongnya. Dasar cowok. Nggak pernah rasain gimana rasanya lagi dapet trus perutnya sakit." ucap Digna sambil memasang tampang masam

"Hehe..sorry. Daripada ngomongin itu mending kita nyanyi-nyanyi aja yuk atau kamu mau kita jalan-jalan?" Tawar Ethan

"Nggak deh. Nyanyi aja. Palingan juga ujung-ujungnya ke tempat balapan. Males."

"Hahaha...kamu udah yang paling tahulah..."Ethan tertawa sambil mengacak-acak rambut Digna

Bad Boy? Serius?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang