Sejujurnya aku telah tidak nyaman seperti ini. Mengawasimu setiap saat. Meragukan semua kebenaran ucapanmu. Cuma caramu menghilang tanpa kabar, datang dan pergi semaunya selalu saja menuntunku kembali kesikap itu. Aku harus marah dulu biar kamu segera mengerti yang kumau. Jika kau mau merenung dan mencerna sebentar saja celotehku, itu bukanlah sesuatu yang berat dilaksanakan.
Sekilas memang terlihat bocah untuk terus menerus mempermasalhakan hal semcam ini. Perhatian-perhatian kecilmu yang telah hilang. Sapaanmu setiap pagi, memperingatkan makan setiap waktunya, mengawasi kemana aku akan pergi. Dan rutinitasku yang selalu kau tanyakan tak ada lagi.
Aku jelas bukan lagi anak kecil yang harus diingatkan ini itu, aku akan semangat menjalani hari meskipun tanpa disapa kamu lagi setiap paginya, aku juga telah dewasa, tau kemana sebaiknya aku akan pergi. Jadi memberitahukanmu bukanlah keharusan. Begitupun dengan rutinitasku juga sudah kau hapal setiap harinya, jadi tidak perlu lagi kau pertanyakan.
Aku mengerti semuanya, tapi sayang, jika hal-hal seperti itu mau kau lenyapkan dalam hubungan kita, lalu alasan apalagi biar kita saling berkomunikasi? Hal apalagi yang menunjukkan jika aku masih orang yang mau kau perhatikan?
Cobalah jujur saja, apa yang sebenarnya kau inginkan. Aku mulai lelah dengan permainan ini. mulai tak tahan memikirkan arah jalan pikiranmu dan alasan-alasan yang tak masuk akal itu. Aku lelah. Sungguh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary mantan
General FictionSebuah diary atau catatan-catatan hati seorang mantan yang dimulai ditulis tepat saat hubungan mulai berakhir.