Aku rasai diriku semakin tenggelam bersama kegelapan malam, sesak dengan kerinduan.
Di dalam ruangan ini, pekat tak ada cahaya, hitam. Aku terisak meraba-raba bayangmu, berharap kau bisa berubah wujud menjadi nyata. Menjadi yang bisa kupeluk lama hingga rinduku puas, lepas dan bebas.
Aku begitu rindu hingga tidak ada lagi yang bisa menjelaskanya selain tangisan yang tak bersuara. Hampir setiap harinya, aku pasrah dihantam oleh perasaan ini. Perasaan yang tidak bisa lagi membendung sebuah pertemuan. Membendung sebuah hasrat dimana keadaan bisa berubah kembali seperti sebelumnya.
Aku ingin merasakan kebahagiaan itu lagi. kebahagian yang bermuara dari dirimu. Dari lembutnya suaramu, dari sentuhan kulitmu dan dari senyummu yang merekah ketika dihadadapanku.
Terkadang aku ingin membrontak pada semesta yang seakan memilih acuh. pada takdir yang semena-mena, pada pencipta yang mengatur semuanya. Kenapa sepertinya tak ada satupun yang menunjukkan restunya agar aku bisa terlepas dari keadaan yag mesesakkan ini. Tidak adakah yang peduli jika aku juga manusia biasa, ingin tenang, hidup damai seperti dia dikejauhan sana.
Tuhan, wujudkan pertemuan ini atau musnahkan saja perasaanku kalau memang pertemuan terlalu sulit untuk dikabulkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary mantan
General FictionSebuah diary atau catatan-catatan hati seorang mantan yang dimulai ditulis tepat saat hubungan mulai berakhir.