‧₊ ❁ཻུ۪۪.;┊Chapter 10 ✩₊̣̇.

1.3K 92 1
                                    

"Kamu ...," dia menggantungkan kalimatnya, "siapa?"

Gia tersenyum kepada pria paruh baya yang berada di ambang pintu. "Saya temen Gio, Om."

"Ikut saya sekarang." Gia mengekori Praditya—ayah Gio.

Aditya duduk di sofa ruang tengah. Dia menatap Gia yang tengah berdiri. "Duduk."

Gia yang mendengar instruksi itu pun segera duduk. Kepalanya masih setia menunduk.

"Sejak kapan kamu dekat dengan Gio?"

Gia menatap Aditya dengan takut. Lalu ia menjawab, "Sejak beberapa bulan belakangan ini, Om."

"Kamu tau apa yang tidak saya sukai?"

Gia menggeleng.

"Saya tidak suka Gio memikirkan masalah cinta."

"Tapi saya tidak memaksa anak Om buat jatuh cinta dengan saya. Lagian, anak Om dan saya hanya sahabat."

"Perasaan bisa timbul karena kalian dekat ...." Aditya bangkit dari duduknya. Ia menatap Gia dengan tajam. "Maka dari itu ... jauhi anak saya."

Pria bernama lengkap Praditya Sadana itu pun pergi meninggalkan Gia yang diam membatu.

"Lagian lo mau aja naroh hati sama Gio." Arkan berjalan menuju nakas. Tangannya dengan sigap mengambil biskuit yang masih tersegel.

"Arkan jangan makan Oreo gue!"

"Lumayan, gratis."

"Gue juga gak bisa nahan hati gue biar gak suka sama seseorang, Kan. Jadi, bukan salah gue dong kalo misalkan sewaktu-waktu suka sama cowok," kata Gia.

"Lo belum cukup umur buat cinta-cintaan. Sekolah aja yang bener."

"Halah! Lo sendiri aja masih sering bolos. Gak usah sok nyuruh gue buat sekolah yang bener. Gak sadar diri," omel Gia.

"Gue gak mau lo kaya gue. Makanya gue nyuruh lo buat sekolah yang bener," ucap Arkan, "lo udah siap, 'kan? Pastiin muka lo udah cantik. Gue gak mau orang ngira kalo lo nangis gara-gara gue."

"Emang kita mau kemana sih?"

"Kemana aja asalkan lo gak mikir cinta-cintaan lagi." Arkan melangkahkan kaki keluar kamar Gia.

Gia melihat pantulan dirinya di cermin. "Biar kaya gimana pun, gue tetep cantik." Gia merapikan rambutnya dan pergi menemui Arkan.

"Gue udah siap," kata Gia.

"Bi, Arkan jalan dulu sama Gia, ya. Dadah!"

"Iya, hati-hati!" teriak Bi Imah dari dapur.

༺❀༻

"Arkan gue mau nyetir!" rengek Gia.

"Gak! Gue gak mau mati sekarang!"

"Arkan!"

"Gue gak mau, Gia! Lo masih kecil, jangan bikin nyawa gue melayang di tangan lo!"

Querencia [𝚃𝚊𝚖𝚊𝚝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang