‧₊ ❁ཻུ۪۪.;┊Chapter 25 ✩₊̣̇.

770 73 6
                                    

Sudah beberapa minggu ini Gia tidak dapat menghubungi Gio. Gia tahu, Gio tengah sibuk bergelut dengan ujian-ujian yang dihadapinya. Tapi, apa salahnya memberi kabar? Barang satu kata.

Gia terus saja mencari tahu kabar Gio. Walau, dari orang lain. Setidaknya ia tahu bahwa Gio baik-baik saja.

Tetapi, tak bisa dipungkiri lagi, hati Gia menjerit bahwa dia sedang merindukan sosok Gio.

Yura menatap Gia dengan rasa kasihan. Jarang sekali dia melihat Gia yang tiba-tiba diam bagai api yang sudah disiram oleh air.

"Lagian hari ini, hari terakhir mereka ujian 'kan? Gio pasti ngabarin lo kok," ucap Yura menenangkan Gia.

Gia menghembuskan napas berat. "Baru ujian aja udah kaya gini. Gimana kalo dia udah di luar negeri?"

"Lo jangan mikir kaya gitu. Kalo lo mikir kaya gitu, sama aja lo gak percaya sama janji Gio," kata Yura.

Gia menggeleng pelan. "Bukan gue gak percaya, tapi gue cuma takut." Gia pun merebahkan dirinya.

"Lo tau sendiri 'kan? Kalo Gio itu gak main-main sama ucapannya," ujar Yura.

"Tap—"

"Gak ada tapi-tapian. Jangan mikir yang buruk. Gue gak mau lo stres."

Gia hanya bisa mengiyakan ucapan Yura. Tak ada lagi kalimat yang akan ia ucapkan untuk melawan perkataan Yura.

༺❀༻

Di kantin yang sudah sepi itu ada seorang lelaki yang tengah sibuk memainkan ponselnya. Dia langsung mendongak. Tatkala gadis dengan rambut panjang itu berdiri di depannya.

Alana.

Gio mengalihkan pandangannya ke layar hp. Dia tak peduli dengan hadirnya Alana.

"Selamat, lo udah nyelesaikan ujian lo," kata Alana sambil duduk di kursi kosong.

"Hm, selamat juga buat lo," kata Gio yang masih sibuk memainkan benda persegi panjang itu.

"Gi, kok lo cuek sih?"

"Gak kok," jawab Gio singkat.

Karena Alana tak pernah kehabisan akal. Dia terus saja mengganggu Gio.

"Gi, gimana kalo kita makan?" ajaknya.

Gio melirik Alana sekilas. Lalu fokus kembali pada hand phone-nya. "Gue kenyang."

"Lo mau temenin gue ke toko buku gak?"

Gio mematikan hp-nya. Dia memasukkannya ke dalam saku celana. Tangan Gio dilipatnya di depan dada. "Sejak kapan lo mau ke sana? Perasaan, toko buku tempat yang paling anti lo kunjungi."

"Sejak gue mau ngajak lo ke toko buku. Sekalian aja melepas stres abis ujian. Lo mau, kan?"

Gio berpikir sejenak. Tidak ada salahnya juga dia menerima tawaran Alana. "Mau," jawabnya singkat.

Alana pun tersenyum penuh kemenangan. Ok, Gia. Gue unggul satu poin dari lo, batinnya.

Gio pun memasangkan tasnya di bahu kanan. Tangannya dia masukkan ke dalam saku celana. Alana yang melihat itu hanya bisa tersenyum sendiri. Gio ganteng banget sih! jeritnya dalam hati.

Querencia [𝚃𝚊𝚖𝚊𝚝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang