Tok! Tok! Tok!
Sudah ketukan pintu yang kesekian kalinya. Namun, tetap saja tidak ada jawaban.
Baiklah, dia akan mencobanya lebih keras lagi.
TOK! TOK! TOK!
"I-iya, tunggu sebentar."
Akhirnya, ada jawaban.
Dengan mengetuk pintu saja membuat dia kewalahan."Lagi nyari siapa ya?"
"Gianna-nya ada?"
"Ada, tunggu sebentar. Silahkan masuk, Nak," ucap wanita di hadapannya itu dengan ramah.
Elgio mengangguk dan mengikuti langkah wanita itu. Wanita tersebut mempersilahkan Gio untuk duduk, sembari ia memanggil si tuan rumah.
Wanita itu pun segera memanggil Gia. Ia berjalan menaiki tangga satu persatu.
"Permisi, Dek Gia. Itu ada temennya nungguin di bawah." Wanita itu dengan lembut memberitahukan kepada Gia.
Ceklek
Muncul-lah sosok Gia di ambang pintu. Dengan senyum manis yang setia terukir di bibirnya.
"Iya, Bi. Gia bakal ke bawah kok. Makasih, ya." Gia pun menuruni anak tangga.
Gia pun berjalan sambil mengucek matanya. Baru saja ia mau tidur siang, ada saja yang menganggunya.
"Tumben, ngapain?" tanya Gia sambil duduk di samping Gio.
Gio yang merasa akan kehadiran Gia pun langsung menyimpan ponselnya. "Temenin gue beli sepatu. Mau gak?"
"Hah?"
Gia mengernyitkan dahi. Gia berpikir ke sana kemari. Dia mengira Gio bukan membeli sepatu, tapi hanya sekedar mengajaknya jalan.
"Gak usah pikir yang macem-macem. Gue cuma mau beli sepatu doang kok," ucap Gio yang seolah-olah mengetahui isi pikiran Gia. "Oh iya, mama mana?"
"Mama lagi keluar kota sama ayah, baru kemaren berangkat," ucap Gia.
"Rencananya gue mau izin sama mama dulu. Tapi ternyata mama gak ada. Boleh minta nomor mama?"
"Ish, lo manggil mama kaya gitu, gue berasa punya abang tau gak?!"
"Gak papa. Biar gue merasa gimana punya ibu mertua."
"Nanti gue aja yang izin. Lo tunggu bentar, gue mau ganti baju." Gia pun meninggalkan Gio yang duduk manis di ruang tamu. "Oh iya, biasanya lo kek orang gak dikasih makan, tuh makan aja kue kering di hadapan lo," ucap Gia sesaat dia membalikkan badannya.
"Dih, dikira gue gak punya makanan di rumah apa?" gerutu Gio.
༺❀༻
Gia, memakai baju merah yang bermotif kotak-kotak, dengan celana jeans kesukaannya. Tak lupa tas kecil yang berwana merah, serta sepatu putih yang terpasang apik di kakinya.
Gia membiarkan rambut panjangnya terurai dengan cantik. Dia memoles wajah manisnya dengan bedak bayi yang wanginya menjadi favorit Gia. Memberi kelembapan lebih di bibirnya menggunakan lip balm yang memiliki bau strawberry.
Dirasa sudah cukup bergelut dengan wajah, Gia langsung turun menemui Gio.
"Gi, ayo jalan," ucap Gia.
"Minta nomor mama lo. Gue mau minta izin," ucapnya.
"Gue gak mau," kata Gia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Querencia [𝚃𝚊𝚖𝚊𝚝]
Ficção Adolescente"Lo itu kaya black hole, Gio! Gravitasi yang ada di dalam diri lo, bikin gue ketarik dan gak bisa lari lagi! Dan itu, secara perlahan bikin gue sakit." Air mata Gia terus saja keluar dari persembunyiannya. Sore ini keberuntungan tak berpihak pada Gi...