"Tadi, tuan Aditya ngobrol sama Gia," ucap wanita dengan rambut yang diikat rapi.
"Ngobrol tentang apa, Bi?"
"Saya kurang tau. Tapi setelah itu, Gia langsung pulang."
Gio memaksakan dirinya untuk berlari ke kamar Aditya—ayahnya. Tak peduli dengan kondisinya yang belum sepenuhnya sembuh.
Brak!
"Udah berapa kali Gio bilang sama Ayah? Jangan ngomong yang macem-macem sama cewek Gio!"
Aditya pun menatap Gio dengan datar. Tangannya masih fokus menari-nari di atas ponsel yang ia pegang.
"Dulu Ayah yang bikin bunda pergi dari kehidupan Gio! Sekarang? Sahabat Gio lagi yang Ayah jadikan korban?"
Mendengar perkataan Gio tadi, Aditya langsung lepaskan HP-nya. "Perusahaan Ayah butuhnya orang yang pinter. Bukan orang yang buta karena cinta."
"Gitu? Ok, silahkan Ayah cari orang yang tepat buat nerusin perusahaan yang gak berguna itu."
"SEBAIKNYA KAMU FOKUS SEKOLAH! UNTUK APA AYAH CAPE-CAPE NGURUS SEMUANYA BIAR KAMU BISA KULIAH DI LUAR NEGERI?"
"Kuliah di mana aja bisa," ucap Gio sambil berjalan menuju pintu. "Dan, Gio gak akan tinggal diam kalo orang yang deket sama Gio, hilang gara-gara omong kosong Ayah."
༺❀༻
"Gio? Lo gak papa?"
Gio langsung tersenyum dan menggeleng. "Gue gak papa."
"Ngapain lo ke sini?"
"Ayah gue bilang apa sama lo?"
Gia tak menjawab pertanyaan Gio.
"Gi, gue mohon. Jujur sama gue," pinta Gio.
"Lo masih sayang sama Alana, 'kan?"
"Gak usah balik nany—"
"Mending lo sama Alana daripada sama gue." Gia langsung memotong ucapan Gio.
"Bantu gue buat melupakan Alana. Itu pilihan satu-satunya sekarang."
"Lo gak bisa minta bantuan orang lain buat melupakan mantan lo, Gi. Kalo kaya gitu, sama aja lo jadikan orang itu pelampiasan. Hati lo, bisa melupakan Alana dengan sendirinya. Bukan karena bantuan orang lain."
"Tapi gue mau bales perasaan lo!"
"Sekarang, satu yang harus lo ingat. Gue sahabat lo, gak lebih. Jadi, lupakan tentang perasaan gue ke lo. Gue gak pernah maksa lo buat bales perasaan gue," ucap Gia.
"Tap—"
"Lo harus rela Alana pergi dari hidup lo. Kalau lo masih belum rela, lo gak akan bisa melupakan dia. Itu hal yang mungkin bisa membantu lo," kata Gia sambil meminum green tea di cangkir pink miliknya.
"Kenapa lo bisa suka sama gue?"
"Harus banget gue jawab?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Querencia [𝚃𝚊𝚖𝚊𝚝]
Teen Fiction"Lo itu kaya black hole, Gio! Gravitasi yang ada di dalam diri lo, bikin gue ketarik dan gak bisa lari lagi! Dan itu, secara perlahan bikin gue sakit." Air mata Gia terus saja keluar dari persembunyiannya. Sore ini keberuntungan tak berpihak pada Gi...