"Rencananya gue besok mau ngajak lo jalan-jalan. Lo mau ikut?"
Gia beralih menatap Gio. Sebelumnya dia sangat sibuk menyantap makan malam yang Dania masak.
Gia mengangguk. "Emang kita mau kemana?" tanya Gia.
"Lo masih belum tau daerah sini, 'kan?"
"Belum," jawab Gia.
"Nah, nanti gue ajak lo ke suatu tempat."
Gia mengangguk. Dia melanjutkan kembali acara makannya yang sudah terganggu oleh Gio. Makanan yang sudah disiapkan Dania itu membuatnya lupa akan dunia. Makanan sederhana itu baru kali ini dimakan oleh Gia.
Kata Dania, nama makanan itu adalah mie bancir. Dia bilang, mie tersebut merupakan makanan khas orang Banjar dari Kalimantan Selatan. Menurut kamus Bahasa Banjar, Bancir berarti banci atau bisa disebut transpuan. Saat sudah matang, mie tersebut dihidangkan dalam keadaan antara berkuah dan kering.
Dan gadis bernama Gia itu baru pertama kali menyantap mie tersebut. Karena pada dasarnya Gia tak diperbolehkan sang mama untuk memakan mie. Dalam hidupnya, Gia memakan mie, dapat dihitung dengan jari.
"Gimana makanannya? Kamu suka?" tanya Dania.
Gia mengangguk dengan semangat. "Enak banget. Gia suka!"
Sudah terlihat dari porsi makan Gia, bahwa gadis itu sangat menyukainya. Dia terus menambah, walau perutnya sudah kenyang.
"Kasian, kek gak pernah dikasih makan," ucap Gio setengah berbisik.
Gia menatap Gio dengan tajam. "Gantian! Lo biasanya makan di rumah gue. Sekarang giliran gue makan di rumah bunda lo," ucap Gia.
"Gio sering makan di rumah kamu, Gia?" tanya Dania.
"Iya. Apa lagi kalo jemput Gia. Dia sempetin dulu buat sarapan. Dia bilang, lumayan gratis." Gia berujar.
"Jadi, di sini yang kek orang gak dikasih makan itu, Gio," kata Dania.
"Ih, kok Bunda malah ngebela Gia?"
"Emang bener kamu gak dikasih makan sama ayah kamu, 'kan?"
Jleb!
Ucapan bunda Gio memang benar adanya. Ayah Gio hanya bisa memberinya uang tanpa peduli apa yang akan Gio beli pakai uang tersebut.
"Gio mau ke kamar dulu," ucap Gio dengan wajah yang cemberut.
Gia menatap Gio dengan pandangan bingung.
Gio ngambek? tanya Gia dalam hati."Biasalah, Gio emang selalu kaya gitu. Besok juga bakal balik sendiri," jelas Dania kepada Gia yang terlihat bingung.
"Gio anak manja, ya? Soalnya kadang dia bisa merengek gak jelas gitu," kata Gia.
"Sebenernya iya, tapi pas Tante ninggalin dia. Dia gak punya siapa-siapa lagi buat menunjukkan sikap manjanya."
Gia kembali menatap ke belakang. Dia pikir punggung Gio masih terlihat. Namun nyatanya, Gio sudah menghilang dari pandangannya.
༺❀༻
Drrrt ... Drrrt ... Drrrt ...
"Iya?"
"Ya ampun Gio! Kok baru angkat telepon gue sekarang sih?"
Gio menutup matanya meredam kesal.
"Kenapa?"
"Gue kangen banget sama lo. Lo gak kangen gue juga gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Querencia [𝚃𝚊𝚖𝚊𝚝]
Ficção Adolescente"Lo itu kaya black hole, Gio! Gravitasi yang ada di dalam diri lo, bikin gue ketarik dan gak bisa lari lagi! Dan itu, secara perlahan bikin gue sakit." Air mata Gia terus saja keluar dari persembunyiannya. Sore ini keberuntungan tak berpihak pada Gi...