‧₊ ❁ཻུ۪۪.;┊Chapter 8 ✩₊̣̇.

1.4K 106 0
                                    

Elgio:
Hari ini gue gak sekolah. Jadi gue nyuruh sopir buat jemput lo. Gak ada penolakan!

Gia kesal dengan Gio. Bisa-bisanya lelaki itu memaksanya untuk ikut keputusannya. Ini adalah Gia! Manusia yang selalu merasa tidak enak hati saat menerima bantuan dari orang lain.

Tapi, tak apa. Setidaknya ini akan menghemat uang Gia.

Gia menunggu di depan rumahnya. Terlihat dari kejauhan mobil berwarna putih mendekati rumahnya.

Saat sudah berada tepat di hadapan Gia, sang pria paruh baya pun membuka kaca mobil. "Permisi, saya mau nanya. Ini bener rumahnya non Gia?"

"I-iya, Pak. Bener kok."

"Silahkan masuk, saya sopir pribadi tuan Gio." Bapak itu berkata dengan ramah sekali.

Gia pun masuk ke dalam mobil itu. Selama perjalanan hanya keheningan yang menemani Gia.

"Oh iya, Non. Nanti pulang sekolah saya disuruh tuan Gio buat jemput Non Gia."

Gia langsung fokus ke arah suara itu. "Gak usah, Pak. Saya bisa kok pulang sendiri."

"Tapi tuan Gio bilang, gak ada penolakan."

Lagi dan lagi. Gio bertingkah seolah-olah semuanya ia yang mengendalikan.

Gia hanya mengiyakan permintaan Gio.

༺❀༻

"Loh? Sejak kapan lo pacaran sama Bobby?" tanya Gia.

Yura mengangkat kantong plastik yang terdapat beberapa gorengan di dalamnya. "Sejak dia ngasih gue ini."

"Hah?"

"Gue tadi ke kantin, terus dia ngasih gue ini. Dia bilang ini emang gak mahal, tapi dia beli ini dari hatinya. Terus, dia nembak gue."

"Lo terima?"

"Ya iyalah. Kan lo tau sendiri gue juga suka sama dia." Yura mengunyah tahu isi yang merupakan hadiah sederhana dari Bobby.

"Terus faedahnya lo cerita kaya gitu, biar apaan?" tanya Arkan yang daritadi menyimak.

"Lo gak pernah ngerasain gimana jatuh cinta. Jadi lo cukup diam dan dengerin aja," kata Yura.

"Bagi gorengannya aja deh, lumayan buat nahan laper." Arkan mengambil satu cireng yang ada di dalam plastik bening itu.

"Tadi nyinyirin gue, sekarang malah makan gorengan gue."

"Selagi ada yang gratis, kenapa enggak?" Arkan berkata seolah-olah ia tak bersalah. "Oh iya, Gi. Nanti sore temenin gue latihan basket, ya?"

"Gak mau."

"Takut dimarahin doi lo?"

"Enggak! Gue cuma ada urusan aja," kata Gia.

"Tapi hari ini pulangnya jam 12 kok, Gi," kata Yura memberi tahu.

"Nah bagus, jadi pulang ini lo temenin gue dulu, abis itu baru lo selesaikan urusan lo yang gak penting itu."

"Lain kali aja, lo gak penting."

"Emang lo mau kemana sih, Gi?" tanya Yura.

Querencia [𝚃𝚊𝚖𝚊𝚝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang