"Gio, emang kita mau ke mana?" tanya Gia.
Gio menggeleng. Dia sendiri pun tidak tahu mau ke mana.
"Ih, masa gak tau? Ntar keburu kemaleman tau," omel Gia.
Malam ini, Gio ingin mengistirahatkan pikirannya dari mata pelajaran yang sudah menusuk otaknya. Dan dia juga lelah kalau harus di paksa menyerap pelajaran.
Namun, saat sudah di jalan. Gia maupun Gio sama-sama tak tahu mau ke mana. Hal ini memang sering terjadi di antara ke duanya.
Mata Gio terus fokus ke jalan raya. Tetapi, pikirannya terus berkelana.
"Lo mau es krim gak?" tanya Gio.
"Mau," jawab Gia yang berada di belakang Gio.
Ntah kenapa, Gia lebih suka Gio mengajaknya jalan-jalan menggunakan motor dari pada mobil. Gadis itu suka saat angin membawa bau parfum yang dipakai Gio masuk ke dalam indra penciumannya.
"Yaudah, sekarang kita ke toko es krim aja," putus Gio.
Gia mengangguk dan mengikuti ucapan Gio.
༺❀༻
Di sebuah toko yang didominasi oleh warna merah muda dan putih, terdapat lelaki yang sedang menatap lekat gadis di depannya. Alunan musik yang ceria menyeruak dan menyihir pendengarnya.
Karena terlalu tenggelam dalam tatapannya terhadap Gia, es krim yang berada di hadapan Gio pun perlahan mencair.
Gia lebih menarik perhatiannya dari pada es krim cokelat.
"Bentar lagi lo bakal ninggalin gue," ucap Gia sambil menyuapkan es krim ke mulutnya.
"Dan saat itu juga, gue harus bisa menyesuaikan diri tanpa adanya elo di hari-hari gue," kata Gia dan lagi-lagi memakan es krim yang memiliki rasa green tea itu.
"Kita juga bakal pisah selama beberapa tahun," ucap Gia.
Gio hanya mendengarkan perkataan Gia. Sambil menopang dagunya menggunakan kedua telapak tangannya. Ia tersenyum melihat ekspresi Gia yang terlihat sedih itu.
Gia menatap Gio yang sedang tersenyum itu. "Tapi, bisa-bisanya lo tetep senyum walau bentar lagi bakal jauh dari gue," katanya.
Gio tetap diam. Ia lebih suka menatap Gia tanpa harus mengeluarkan sepatah kata pun.
"Kalo lo punya pacar di sana, gimana?" tanya Gia.
"Gak mungkin, Gia."
"Lo bisa bilang kaya gitu sekarang, karena lo gak tau ke depannya gimana," ucap Gia.
Gio melipat tangannya di depan dada. "Apa salahnya mencoba berjanji dengan diri sendiri?"
"Huft, gue bakal pegang janji lo," ucap Gia, "kalo lo ingkar, gue gak akan mau kenal sama lo lagi," lanjutnya sambil menggerakkan sendok es krim seperti ingin menusuk Gio.
Gio merasa hp yang ada di dalam saku celananya bergetar. Ternyata, Alana yang meneleponnya.
Argh, Alana lagi! batinnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/122712049-288-k246393.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Querencia [𝚃𝚊𝚖𝚊𝚝]
Ficção Adolescente"Lo itu kaya black hole, Gio! Gravitasi yang ada di dalam diri lo, bikin gue ketarik dan gak bisa lari lagi! Dan itu, secara perlahan bikin gue sakit." Air mata Gia terus saja keluar dari persembunyiannya. Sore ini keberuntungan tak berpihak pada Gi...