‧₊ ❁ཻུ۪۪.;┊Chapter 21 ✩₊̣̇.

816 61 1
                                    

Sorak sorai para pendukung tim basket putra dari SMA Pelita Bangsa memadati stadion basket. Tak jarang pula ada yang berteriak histeris menyebut nama Arkan.

Arkan yang akan tanding pada hari ini pun bangga terhadap diri sendiri. Gak salah mama punya anak setampan gue, ujarnya di dalam hati.

Arkan mencari keberadaan sahabatnya. Ia meneliti satu persatu perempuan yang sudah ada di dalam stadion.

Hap!

Pandangannya menangkap sosok Gia yang sedang duduk sambil bersenda-gurau bersama Yura. Rambut Gia dengan rapi ia kucir. Membuat Arkan tersenyum sendiri melihatnya.

"Jangan gila lo. Bentar lagi mau mulai," ucap Bobby sambil membuyarkan lamunan Arkan.

"Dih, siapa juga yang gila?"

"Lo suka sama Gia, ya? Ngaku aja sih anjir! Pake malu-malu segala," goda Bobby.

"Bob, jangan bikin gue naik darah deh."

Bobby tertawa melihat wajah Arkan yang malu-malu.

"Ah, udahlah. Ayo kumpul dulu sama yang lain," titah Arkan.

Arkan dan Bobby pun memilih untuk berkumpul dengan tim-nya. Memanjatkan doa bersama, dan menyemangati satu sama lain.

Tak selang berapa lama, pertandingan basket itu pun dimulai.

Mata Gia tak lepas dari lelaki yabg sudah mandi keringat itu. "Gila sih, Arkan tambah ganteng kalo lagi main basket," ucap Gia tanpa sadar.

Yura melirik Gia yang sedang tersenyum. "Padahal lo udah lama deket sama dia, tapi lo gak sadar kalo dia ganteng."

Arkan terus berusaha untuk memasukkan bola basket itu ke dalam ring.

Di dalam pertandingan kali ini, tim-nya harus menang. Seperti pertandingan basket sebelumnya.

Arkan terus mengiring bola basket. Tatapannya tajam ke arah ring. Lelaki itu mencoba untuk menembakkan bola yang ia pegang ke arah ring.

Namun, gagal.

Beberapa kali timnya gagal. Tetapi, itu tidak akan membuat mereka menjadi lemah begitu saja.

Sekarang, giliran Bobby yang ingin menembakkan bola ke dalam lingkaran besi yang menempel pada sebuah papan itu.

Dengan satu kali tarikan napas, Bobby berhasik memasukan bola itu.

Teriak para pendukung timnya pun menggema.

Tentu saja hal ini masih belum berakhir. Mereka harus mengejar poin lawan.

Rekan yang lain pun juga berusaha untuk menambah poin tim mereka. Sampai pada akhirnya mereka bisa mencetak angka yang sama dengan tim lawan.

Penentu kemenangan pun berada pada tangan Arkan. Karena bola berada padanya. Dengan sangat yakin, Arkan membuktikan bahwa dirinya pasti bisa memberikan satu poin untuk timnya.

Dan, sampailah bola itu memasuki benda berbentuk lingkaran itu.

༺❀༻

"Gi, lo mau ikut makan bareng gue 'kan?" tanya Yura.

"Boleh deh. Sambil nunggu jemputan Gio," katanya.

"Loh? Lo minta jemput Gio?"

Gia mengangguk. "Arkan pasti kumpul sama temennya kan? Makanya gue minta jemput Gio aja."

Querencia [𝚃𝚊𝚖𝚊𝚝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang