Meet him

227 17 0
                                    

Diandra POV
Badai telah berhenti, namun hutan masih terasa dingin dan gelap. Dengan bosan aku melangkah keluar kastil untuk sekedar berjalan-jalan disekitar halaman kastil. Saat melangkah melewati gerbang luar kastil, aku bisa menangkap sosok berjubah hitam bertongkat sedang berteduh disana. Dengan ragu aku mendekati gerbang kastil.
"Permisi, apa yang kau lakukan disini?" Tanyaku sopan. Sosok itu mendongak dan menampakan seorang pria tua dibalik jubah hitamnya itu.
"Oh, maafkan aku nona muda, aku hanya seorang pengelana yang kehujanan, tolong jangan usir aku." Ucapnya mengiba padaku.
"Tidak tuan, aku yang harusnya minta maaf, tidak menyadari bahwa anda berada disini, mari masuklah, anda bisa kedinginan." Aku sejenak ragu dengan tawaranku, tapi dimana sisi kemanusiaanku meninggalkan kakek tua kedinginan di kondisi yang seperti ini.
"Terimakasih nona, kau sangat baik." Ucapnya sambil berusaha bangkit. Namun Ia limbung, secepat kilat aku menahannya dan memapahnya masuk kedalam kastil.
"Duduklah dulu tuan, aku akan mengambilkan sesuatu didapur." Ucapku sopan dan meninggalkannya di ruang tamu.

Author POV
Kakek tua itu tersenyum samar saat Diandra melangkah turun kearah dapur. Lalu ia bangkit dan melihat-lihat area sekitarnya.
"Louise Beaufort, bagaimana kau bisa selemah ini dengan mengorbankan dirimu untuk Mathewson." Ucap kakek tua itu sambil menggeleng.
"Tuan? Silahkan diminum, maaf yang kami punya hanya air hangat." Diandra memanggilnya saat melihat kakek tua itu sedang menatap lukisan orang tua David, Ia langsung duduk kembali ke sofa.
"Tidak apa-apa nona muda, air saja sudah cukup." Ucapnya menyeruput minumannya.
"Kau terlalu rendah hati nona, teh seenak ini kau sebut air hangat." Lanjutnya sambil tersenyum lebar.
Diandra yang bingung segera menyeruput gelas miliknya, dan Ia terbelalak karena air hangatnya terasa seperti teh, teh terenak yang pernah Ia rasakan.
Diandra menatap bingung kearah kakek tua itu. Diandra lebih kaget lagi ketika kakek itu berubah menjadi pria tampan bersetelan hitam dengan rantai emas terhubung kekantong jasnya. Ia dapat melihat dengan jelas lambang pada bross itu, lambang Pentagram.
"Tuan? Bagaimana anda.." Diandra belum menyelesaikan kata-katanya, namun pria itu mengangkat tangannya, mengisyaratkannya untuk diam.
"Nona Carter, aku menunggu selama ini untuk bertemu denganmu. Jadi bisakah aku meminta tolong?" Tanyanya pada Diandra. Belum lagi Ia bingung, karena pria itu mengetahui nama belakangnya. Dengan kaku ia mengangguk.
"Berikan ini pada David Beaufort, katakan ini hadiah dariku. Lalu kau akan tahu apa yang harus kau lakukan selanjutnya." Ucap pria itu sambil menyerahkan sebuah cincin dengan batu berwarna merah darah.
"Sampaikan salamku pada David. Sweet heart." Ucapnya bangkit dan mengelus kepala Diandra, seraya menghilang saat tubuhnya perlahan tertelan api.
"Ungkapkan pada David jika Ia adalah matemu." Suara pria itu menggema seiring hilangnya eksistensi tubuhnya.
Diandra hanya terpaku menatap kearah tempat pria tadi berdiri yang sekarang sudah kosong.
Ia memegang cincin itu dengan lemah. Dan segera turun ke ruang bawah tanah mencari David. Entah setelah ia mendengar pesan pria itu, Diandra mendapat keberanian untuk mengungkapkan rahasia yang selama ini ia pendam pada David.

The UnityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang