Home

167 19 0
                                    

Diandra POV
Aku masih kesal, kenapa sang Lucifer mempertemukan kami. Maksudku aku dan Sam. Padahal situasi sudah menyenangkan, membuat aku tidak ditemukan oleh bajingan itu.
Sepanjang perjalanan, David hanya menatapku prihatin. Walaupun Ia mateku, Tapi hubungan kami tidak se intens pasangan werewolf lain. Yang sangat posesif dan saling mencintai secara berlebihan.
Aku tetaplah aku, David tetaplah si vampire tua menyebalkan, hanya beberapa hal yang berubah, yaitu kami bisa berkomunikasi lewat mindlink, yang baru kuketahui beberapa jam lalu, dan hubungan kami menjadi lebih dari sekedar friend with benefit. Dan juga rasa sayang kami sedikit lebih besar dari sebelumnya. Itu saja.

"Diandra, jika kau ingin kembali pada Sam. Tidak apa-apa. Ia juga matemu dulu. Aku tahu dia masih bisa memasuki pikiranmu." Ucap David sambil menyejajarkan posisi kami di balkon kastil.

Aku langsung menoleh dengan tatapan protes.
"Aku tidak peduli jika Ia dapat memasuki pikiranku atau apalah. Tapi kau adalah satu-satunya mateku David. Jangan me reject ku seperti yang dilakukannya." Ucapku sambil memeluk tubuh dinginnya.

"Aku akan selalu disini untukmu. Alasanku hidup, hanyalah untuk menemukan dirimu sayang." Bisiknya ditelingaku, membuat perasaanku berdesir tenang.

Aku mendongak dan menatap mata merah nan sayu miliknya. Aku menangkup wajah pucatnya dan menggiring bibirnya pada bibirku.
Ia melumat pelan bibirku, seiring aku menikmatinya. Aku merasa Ia mengangkat tubuhku dan menjatuhkanku lembut di ranjang kami.
Kami bercumbu cukup lama, sebelum aku mendorongnya pelan dan melepas ciumannya untuk memperoleh udara. Sungguh menyebalkan kami menghentikan aktivitas ini hanya karena aku membutuhkan udara.
Ia menyibak rambutku dan menatap mark yang dibuatnya tempo hari dengan helaan nafas bangga.
"You're mine. My dear wolf." Bisiknya mengecup tanda itu.
Aku menikmatinya, seraya melepaskan jubah hitamnya, melepas tautan kancing kemeja yang dikenakannya satu persatu. Menampakkan tubuh kekar nan dingin dan pucat miliknya. Namun Ia dengan brutalnya merobek t-shirt milikku dan langsung melahap tubuhku tanpa ampun.

Louise POV
Vampire? Werewolf? Lucifer? Aku pasti sudah gila. Dan lebih gila lagi, aku sekarang berada di kastil vampire yang ternyata adalah anakku. Sulit dipercaya.
Aku sekarang berdiam di sebuah kamar, aku merasa sangat mengenal kamar ini, terlebih banyak sekali lukisan baik besar ataupun kecil yang menampakkan wajahku dan wajah seorang lelaki tampan bersanding bersamaku, salah satu lukisan bertahunkan 1857 wow.
Aku membuka lemari karena penasaran dengan isinya. Isinya adalah pakaian, sudah jelas. Namun tatapanku jatuh pada sebuah coat hitam tua, yang seketika membuat jantungku berdetak sangat kencang. Kenangan kembali menjalar kedalam benakku, pria itu atau vampire itu. Tersenyum hangat kearahku, memelukku dengan sayang.

"Aku menerimamu apa adanya amore. Aku akan menunggu saat kau bisa mencintaiku seutuhnya."
Sebuah suara bergema dalam benakku, membuat perasaan bersalah menggerayangiku.

"Alexander Lorzee. Maafkan aku." Isakku memeluk coat usang itu.

The UnityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang