Upset

167 23 0
                                    

Author POV
Dua mahluk supranatural berjalan di keramian Portland, tanpa satupun dari mereka yang menyadari. Karena satu berwujud anjing putih besar, satu lagi berwujud pria tampan dengan balutan coat hitam dan topi yang menutupi wajahnya, berjalan kearah sebuah apartment kecil dan masuk kedalamnya.
Sesampainya didalam, anjing besar itu melesat kedalam kamar dan berubah menjadi wanita cantik yang telah berpakaian lengkap.
Pria yang bersamanya hanya menghela nafas lega.

"I miss your human form Diandra, I miss you." Ucap pria itu melesat dan memeluk Diandra. Diandra membalas pelukan matenya itu.

"Maafkan aku, aku hanya gelisah dan sedih." Bisiknya di pundak sang pria.

"Beritahu aku apa yang membuatmu seperti ini Diandra. Jangan buat aku menjadi mate yang tidak berguna." Desah pria itu.

"I don't know David, aku hanya memikirkan setelah 15 tahun aku pergi. Apa yang terjadi pada hidup yng telah kutinggalkan? Bagaimana Lindsay? Si tua Grace? Dan teman-temanku yang lain? Apa mereka masih disini? Apa mereka akan menerimaku? Ataukah mereka akan marah padaku?" Ujar Diandra sambil terisak pelan di pundak David.

"Jika itu yang membuatmu merasa gelisah, bagaimana jika kita mengunjungi mereka. Paling tidak kau akan menemukan jawabannya." Ucap David sambil mengelus kepala Diandra.

"Aku takut. Kau akan menemaniku kan?" Tanya Diandra sambil menatap mata matenya itu.

"Of course my love. Aku akan selalu ada di sampingmu, apapun yang terjadi." Jawab David mantap, lalu mengecup kening Diandra.

"David, aku ingin bertanya padamu." Ucap Diandra tiba-tiba saat mereka sedang menikmati acara tv.
"Apa itu sayang?" Tanya David sambil memperbaiki posisi duduknya.

"Aku pernah bertemu dengan seseorang yang mengatakan bahwa taring vampire itu berbahaya bagi werewolf. Apa itu benar?"
David mengerutkan dahinya sebentar dan menghela nafas.

"Ya, itu benar. Makanya kaum kita saling bermusuhan." Jawabnya.

"Jadi saat kau menggigitku dulu, aku bisa saja mati." Protes Diandra sambil memanyunkan bibirnya.
Membuat David merasa bersalah namun geli.

"Tapi kau tidak mati kan?" Ucapnya sambil mengacak rambut Diandra.

"Kau sangat kejam tuan vampire." Desis Diandra sambil terus memanyunkan bibirnya lalu berpindah membelakangi David.

Namun David melesat kehadapan Diandra dan mencium bibirnya lembut, membuat Diandra tersentak namun membalas ciuman matenya itu.

"Akupun heran kenapa taringku tidak berefek padamu. Mungkin karena aku ditakdirkan menjadi matemu." Bisik David sambil menindih tubuh ramping Diandra. Diandra hanya bisa tersenyum mendengarnya.

Selanjutnya, yang dapat diingat oleh shewolf itu adalah David yang telah menyatukan tubuh mereka, membuat Diandra merasakan sensasi yang tidak pernah dirasakan sebelumnya, sebelum akhirnya Diandra tertidur lelap karena lelah yang melanda dirinya.

Diandra terbangun oleh gemerisik dedaunan yang tertiup angin, dan mendapati dirinya berada dikamar dengan tubuh polosnya tertutup oleh selimut, namun tidak menemukan David dimanapun.
Ia lalu menggunakan jubah tidurnya dan melangkah keluar dari kamar dengan susah payah.

"Demi Poseidon berjemur, perih sekali." Ringisnya sambil menyandarkan dirinya di pintu, karena daerah bawah tubuhnya yang perih dan pinggangnya yang terasa pegal.

Ia tertatih kearah ruang tamu dan mendapati David sedang menonton tv, menoleh kearahnya.
David lalu melesat kehadapan Diandra dan menggedongnya bridal style dan kembali duduk di sofa.
"Jika kau masih kesulitan berjalan. Kau bisa memanggilku." Ucap David menggoda dirinya.

Diandra hanya memalingkan wajahnya karena Ia yakin wajahnya merah padam sekarang.

"Besok bulan mati. Apa kau siap?" Tanya Diandra.

"Dengan perasaan rinduku pada Ibu yang sudah lama kupendam. Aku siap." Jawab David lalu merangkul matenya.

The UnityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang