Is It True?

206 18 0
                                    

Author POV
2 hari setelah menerima buku dan kalung itu, Louise belum berani membuka note itu, namun Ia sangat penasaran. Bagaimana jika note berisi tentang dirinya? Bagaimana jika note ini berisi tentang keluarganya? Pikiran itu terus melayang-layang di benaknya.
Ia lalu duduk didekat jendela apartmentnya yang sederhana dan mulai membuka note itu.
Ia membaca lembar demi lembar note itu, tapi seakan apa yang tertulis di note itu berputar di benaknya layaknya sebuah film tua, Ia dapat melihat dirinya, bersama seorang pria yang memeluknya hangat, dua orang remaja yang menatapnya penuh sayang, lalu dimana ia bertemu seorang pria yang berubah menjadi serigala besar. Semua tumpah ruang tepat didepannya, berakhir ketika Ia mengumpulkan sisa kekuatannya untuk menahan sebuah belati yang terbang kearah pria serigala itu. Dan itu menghentakkannya kembali ke dunia nyata.
"Tidak mungkin." Ucapnya sambil memegang kepalanya yang pening.
Lalu tangannya mengambil liontin itu dan membukanya, menampakkan foto usang didalamnya, foto dirinya dan pria yang berada dalam kelebat memorinya tadi. "Apa dia adalah suamiku?" Tanyanya pada diri sendiri.
Ia mulai menitikkan air mata, entah kenapa perasaan rindu menyeruak dari dalam hatinya.
Perasaan rindu kepada dua remaja itu. Benar benar menyiksa hatinya.
Aku harus bertemu dengan Mr. Lucee. Ia membantin sambil mengusap air matanya. Ia melangkah ke tempat tidur dan terlelap.

Lucifer melangkah melewati jembatan besi hitam, dengan ukiran berkarat yang membuat suasana semakin menyeramkan, dibawah jembatan itupun tak kalah membuat suasana mencekam, suara-suara rintihan dan teriakan menggema dibawah sana. Namun Lucifer tetap melangkah santai sampai tiba didepan sebuah pintu hitam berhiaskan jilatan api. Sesosok mahluk hitam besar dengan mata merah menyala menghadang Lucifer, menyalak dengan begitu galaknya.
Namun begitu melihat siapa yang dihadangnya, mahluk itupun berubah wujud menjadi seorang pria dengan setelan jaket berbulu.
"Tuan Lucifer, selamat datang. Maafkan aku yang lancang tak mengenalimu." Ucapnya sambil menunduk.
"Harcan, my boy. Sudahlah. Kau kurus sekali. Apa Yang Mulia Raja tidak memberi makan HellHound kesayanganku dengan benar." Ucapnya sambil mengelus kepala pria itu.
"Mari saya antar, Tuan." Ucapnya sambil menuntun Lucifer.
"Bagaimana ini bisa terjadi!!!! Draco!!!!" Dari kejauhan, Lucifer dapat mendengar suara menggelegar anaknya.
"Sepertinya Raja Neraka yang Agung menghadapi masalah ya." Lucifer tertawa sambil berjalan kearah anaknya. Raja Baal, anak dari Lucifer yang Ia ciptakan saat masa sulitnya. Berkulit merah, bermata hitam sehitam malam, namun wajah tampan yang diwariskan oleh ayahnya membuat Raja Baal menakutkan dan menawan disaat yang bersamaan.
Ia menoleh kesumber suara, saat menyadari itu adalah ayahnya. Ia segera melayang turun dan memberi hormat padanya.
"Kau membuat kastil ini terlihat berantakan." Ucapnya lalu melihat sekelilingnya. Ya, kastil raja Baal sangat berantakan, kertas gulungan bertebaran, bau darah menyengat dan tulang berserakan dimana-mana.
"Maafkan aku ayah, hanya saja urusan ini membuatku pusing." Jawabnya sambil menggaruk kepalanya.
"Karena itu aku pensiun dari pekerjaan ini. Hahahaa" tawa Lucifer menggelegar diseluruh lorong kastil.
"Kenapa bukan Asmodeus? Atau Amon? Atau Mammon? Kenapa harus aku?" Baal mulai mengeluh.
"Menurutmu kenapa? Apa kau tau dimana mereka sekarang?" Lucifer bertanya kepada anaknya itu, walaupun Ia sudah tahu dimana mereka sekarang.
Baal menggeleng lemah.
"Sudahlah, aku kesini bukan untuk mengobrol denganmu, aku mencari Sebastian blade." Ucapnya sambil naik keatas singgasana Baal.
"Ayah mencarinya? Kenapa? Belati itu ada padaku. Kenapa pula belati itu bernama Sebastian?" Ucap Baal sambil menyerahkan sebuah belati kecil bersarungkan kulit hitam.
"Karena terdengar keren." Lucifer menjawab dengan seringaian misterius dan berjalan keluar kastil. Meninggalkan Baal yang menganga tak percaya mendengar jawaban ayahnya itu.

 Meninggalkan Baal yang menganga tak percaya mendengar jawaban ayahnya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The UnityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang