Chapter 20

209 22 4
                                    

The Past.

----------------

Gadis bersurai coklat itu meletakan satu tangkai mawar putih diatas makam yang tertutup rumput hijau segar.
Ia meletakkan jaket abu-abu milik Winter diatas pahanya lalu berjongkok tepat disamping nisan yang bertuliskan nama Sarah H. Kanadie.

Dia tidak pernah kesini sebelumnya. Sama sekali belum pernah.
Bahkan ketika jasad ibunya dikebumikan ia tidak datang ke pemakaman dan memilih mengurung diri dikamarnya.

Dan sekarang sudah empat tahun berlalu, hatinya baru siap mengunjungi tempat ini. Setelah kian tahun lamanya..

"Hai bunda.." Gadis itu mengusap batu nisan didepannya dengn lembut sembari tersenyum, "Ini Autumn. Bunda baik-baik aja kan disana? Autumn rindu bunda dan papa" lanjutnya dengan pelan.

Ia terdiam sejenak dan memperhatikan makam yang tertutup oleh rumput hijau segar.

"Oh ya bunda, Autumn sudah rukun dengan Summer, Autumn sudah berdamai dengan semuanya. Lihatkan? Bunda ngga usah khawatir, anak nakal bunda sudah besar.."

"Bunda Nasha menjaga aku dan Summer dengan baik. Belum lagi kehadiran para penghuni kost yang membuat aku bisa terus tertawa. Mereka konyol, kalau bunda ada disini aku yakin bunda juga akan suka dengan kehadiran mereka" Autumn terkekeh kecil lalu menarik nafas, "Aku benar baik-baik saja.."

"Lalu, apa bunda ingat Winter anak Om Hansol dan Tante Rena?" Gadis itu mengigit bibir bawahnya pelan sebelum melanjutkan, "Dia kekasihku. Tapi dia tidak menyukai aku, dia berpacaran dengan Autumn karna suatu alasan. Dan Autumn belum berhasil menemukan alasan itu"

"Tapi bunda, selama lima tahun ini aku baik-baik saja. Aku hanya selalu merindu.." Bisiknya

"Aku masih sering melihat bunda membangunkan aku setiap paginya. Atau melihat papa dengan wajah jengkelnya ketika aku meminum kopinya tanpa izin. Atau kalian yang selalu memberikan hadiah manis ketika aku ulang tahun"

"Tapi kecelakaan itu merusak segalanya." Ujarnya hampir berbisik

"Tapi sekarang aku sudah ikhlas. Bahkan ketika jasad papa tidak pernah ditemukan, Demi Tuhan bunda, aku ikhlas.
Ini sudah takdirnya. Aku tidak akan lagi menghakimi Tuhan"

Autumn mengusap rambutnya lalu bangkit berdiri

"Aku pulang dulu," Gadis itu nengusap batu nisan milik ibunya lalu pergi berlalu.

***


Langkah kaki Winter terhenti di pintu yang bertuliskan angka 18.
Pemuda itu menghela nafas sebentar lalu memutar knop pintu dan berjalan memasuki ruangan didalamnya.

Matanya menangkap seorang wanita setengah baya sedang duduk diatas kasur dan menatap kosong kearah jendela. Jangan lupakan baju kurung yang membuatnya tak bisa banyak gerak.

Pemuda itu berjalan sembari terus menatap wanita yang bertubuh sangat kurus,
Rambut hitam legam yang biasanya menjuntai indah di punggung kini dipangkas habis dengan potongan cepak,
Kantung mata terlihat jelas di wajahnya.
Wanita itu tampak mengerikan, setidaknya, begitulah di mata Winter.

Ia mendudukan diri dikasur membelakangi wanita itu dan mulai membuka suara
"Ini Winter" ujarnya membuka percakapan.

"Apa kabar?"

WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang