Hari demi hari
Minggu demi minggu
Hinga akhirnya
Bulan demi bulan pun berlalu.Baik Autumn maupun Winter sama-sama tidak saling menyapa satu sama lain.
Bila mereka berpas-pasan di jalan, maka Autumn dengan segala cara akan menghindari pemuda itu.
Winter pun tidak mencoba untuk memperbaiki hubungan mereka. Hal itu yang membuat Autumn percaya bahwa Winter memang benar-benar tak menyukainya.Hingga pada akhirnya, semester berganti.
Baik Autumn dan Winter pun sudah sama-sama disibukkan dengan segala persiapan untuk ujian nasional.
Jabatan mereka di Osis sudah di gantikan oleh adik kelas mereka.Autumn bersyukur karna ia sudah tidak lagi menjadi Osis, sebab ia selalu merasa canggung ketika diharuskan untuk berdiskusi dengan Winter.
Hari ini hari minggu, gadis itu tengah tengkurap di karpet ruang keluarga sembari membaca setumpuk brosur yang tadi ia bawa.
Sesekali ia mencatat sesuatu yang penting dari brosur tersebut ke dalam buku catatannya.Ia mengetuk-ngetukkan pulpen ke arah dahinya, seperti tampak menimbang-nimbang suatu keputusan berat.
"Brosur apaan neh"
Tiba-tiba seseorang datang dan ikut tengkurap disampingnya. Orang itu, Rendra, mengambil salah satu brosur yang tergeletak di karpet dan membacanya.
Dahi Rendra mengerut, "Waseda University? Jepang?" Sahut Rendra tak mengerti.
"Wait, Autumn, jangan bilang lo mau kuliah di Jepang?!" Tanya Rendra dengan nada terkejut tak percaya.
Autumn membekap mulut Rendra lalu mendelik. "Receh banget mulut lo kak" desis Autumn galak.
Rendra menghempaskan tangan Autumn kasar lalu menangkup wajah gadis itu.
"Lo ngga serius kan dek?"
Autumn menelan ludahnya kasar, ia mengangguk sebagai jawaban.
"Emangnya lo ada duit?" Tanya Rendra lagi.
Autumn kembali mengangguk, "Ada. Gue selalu nabung, cukup untuk bayar uang masuknya"
Rendra menggeleng, "Lalu seandainya lo keterima, gimana caranya lo bertahan hidup disana? Itu Jepang dek, semuanya serba mahal. Melon aja harganya dua juta!" Tutur Rendra sembari menyubit pipi Autumn gemas.
"Gue bisa cari kerja part time di Kafe atau Resto, kak" jawab Autumn, "Gue juga nemu Apartemen yang harganya murah banget, khusus untuk mahasiswa gitu. Emang ngga gede sih, tapi lumayan kok untuk berteduh" lanjut gadis itu sambil nyengir.
Rendra bisa melihat kesungguhan di mata Autumn, pria itu melepas tangannya yang berada di pipi Autumn lalu mengusap rambutnya sendiri dengan kasar.
"Lo beneran ya" Gumam Rendra pelan.
Autumn mengangguk lalu tersenyum, "Nilai Bahasa Jepang gue selalu bagus lho!"
"Trus ya kak, denger deh, Universitas itu juga kerja sama dengan banyak perusahaan! Mirip kayak STAN!" Seru Autumn dengan girang, terlihat jelas ia benar-benar menginginkan hal ini.
Rendra hanya diam saja menanggapi ocehan Autumn tentang Universitas itu, tentang Jepang dan tentang ketidaksabarannya untuk pergi kesana.
"Bunda sama Summer udah tau?" Tanya Rendra pelan.
Pertanyaan ringan tetapi sukses membuat mulut Autumn bungkam. Semua ocehannya terhenti ketika Rendra menanyakan hal itu.
Gadis itu tertunduk lesu lalu menggeleng."Mereka ngga tahu ini?" Tanya Rendra tak percaya.
Autumn kembali menggeleng
"Gila! Kalau lo serius harusnya lo bilang ke mereka! Kalau bunda ngga tahu, gimana cara lo ngurus administrasinya hah?!" Sembur Rendra yang sekarang tampak murka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter
Teen Fiction-C o m p l e t e d Dia Winter. Si genius yang paling genius di Iris High School. Juga ketua osis kebanggaan guru. Si dingin yang paling dingin tetapi selalu dipuja oleh para wanita. Dia Winter. Winter Mahesa Dirga. Si ambisius yang gelap mata akan c...