Gadis itu tersenyum menatap pria dihadapannya yang tengah menatap dirinya yang tengah berkemas dengan tatapan dingin.
Saat ini Autumn memang tengah mengemasi semua barang masa lalu yang dulu sengaja ia tinggalkan disini. Gadis itu memutuskan untuk benar-benar menetap di Jepang dan tak akan kembali lagi ke Indonesia. Setidaknya, untuk saat ini.
Terlalu banyak kenangan menyakitkan disini, terutama di rumah ini.
Dan ia sadar bahwa ia tidak akan mampu menghilangkan sosok Summer dalam kepalanya jika ia masih menetap di rumah ini. Ia tidak akan pernah bisa berdamai dengan kepergian adiknya.
Jadi dia memutuskan untuk pergi, karna ia tahu Jena dan Resya pasti mampu menemani dan menghibur Nasha lebih dari dirinya.Ia yakin dirinya akan jatuh terpuruk dan terjerembap dalam lubang kegelapan untuk entah berapa lama. Jika ada orang berkata kita harus mengikhlaskan sesuatu yang sudah pergi, rasanya ingin sekali ia menyumpal mulut orang itu.
Mengikhlaskan seseorang yang berharga tidak seperti mengikhlaskan hewan peliharaan yang mati.
Tapi sebelum ia kembali berdebat dengan fikirannya sendiri, Autumn sudah lebih dulu berjalan mendekati Winter yang kini tengah menghembuskan nafas kesal, setelah jarak diantara mereka sudah terkikis, pria itu segera merengkuh tubuh Autumn ke dalam dekapannya.
Autumn tersenyum lalu membalas pelukan Winter-nya. Harapan dalam kegelapannya terkabul. Pria itu mencintainya, dan kali ini, Autumn mempercayainya. Dan jika Autumn dibohongi oleh pria itu untuk yang kedua kalinya, ia tidak yakin dapat bertahan seperti sebelumnya.
"Kamu yakin mau pergi dari sini?" Tanya pria itu dengan lembut, ia mengusap rambut Autumn membuat gadis dalam dekapannya tersenyum lebar
"Hmm" ujarnya sambil mengangguk, gadis itu menghirup dalam-dalam aroma parfum yang dikenakan Winter.
"Lalu bunda-"
"Jangan menggoyahkan tekadku Winter! Aku tidak bisa disini, tidak sekarang. Jena dan Resya pasti bisa menemaninya" ujar Autumn sambil melepaskan pelukan pria di depannya.
Setelah kejadian dua hari yang lalu dimana ia memeluk Winter dan mereka sama-sama menyatakan kerinduan, cara berbicara mereka berubah menjadi lebih halus.
Awalnya terdengar aneh dan canggung, tapi Autumn menyukainya.Pria itu kembali membawanya kedalam dekapannya lalu menghela nafas, "Jika itu membuat kamu nyaman. Aku juga akan menemani bunda"
Autumn tersenyum lagi lalu mengangguk, menikmati perlakuan Winter sebelum akhirnya tersadar bahwa dia memiliki janji dengan seseorang.
"Winter lepas, aku ada janji" ujar Autumn merengek karna Winter tak mau melepasnya
"Aku antar"
Autumn hendak membuka mulut dan melayangkan keprotesannya tetapi Winter sudah lebih dulu memotongnya, "Ngga terima penolakan".
Membuat tubuh Autumn menegang sesaat karna ia merasa deja vu dengan kalimat Winter.
Lalu akhirnya mengangguk, sadar bahwa ia tidak akan pernah bisa menolak.
***
Autumn kini berada di sebuah kafe bersama dengan gadis manis yang tengah menerima surat yang Autumn berikan padanya dengan tangan gemetar.
"U-untukku?" Ujarnya dengan suara yang serak, sepertinya ia juga terpukul dengan kepergiaan adiknya.
"Ya. Bacalah, seharusnya Sam memberikannya tiga tahun yang lalu" ujar Autumn sambil menggenggam tangan gadis itu yang sedang bergemetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter
Teen Fiction-C o m p l e t e d Dia Winter. Si genius yang paling genius di Iris High School. Juga ketua osis kebanggaan guru. Si dingin yang paling dingin tetapi selalu dipuja oleh para wanita. Dia Winter. Winter Mahesa Dirga. Si ambisius yang gelap mata akan c...