DUAPULUHSEMBILAN: Terbongkar

1.3K 57 0
                                    

Author's Pov

"Lu sih, kan udah gue bilang kalo gue ga apa-apa. Lu ngeyel sih jadi anak!!!"

"Ya gue kan belain lu!!! Kurang apa coba gue, gue benci lihat sahabat gue nangis hanya karena cowok!!!" bela Nando disela-sela lukanya yang di obati oleh Ashila. "Bela sih bela tapi ga harus buat ni wajah memar juga kan!" sahut Ashila sembari mengompres memar-memar di pipi Nando.

Ia merasa jika Nando sangat baik terhadap dirinya, ia senang bisa mempunyai sahabat seperti Nando.

"Ini udah selesai, jangan di pegang-pegang entar jadi parah". Nando pun mengangguk mengerti.

Ia masih kesal dengan apa yang dilakukan Raka terhadap Ashila. Jika benar Ashila yang salah, tidak harus ia caci maki seperti tadi.
Tapi Nando yakin 100% jika Ashila tidak mungkin berbuat semena-mena terhadap Ratih, ia tahu betul siapa Ashila.

Ashila pun menaruh peralatan  kompresan ke tempat semula. Ia pun pamit dan keluar dari kamar hotel Nando dan berniat ingin ke kamar Megan. Ia rasa sedikit bercerita kepada Megan akan mengubah suasana hatinya menjadi lebih baik.

Setelah keluar dari kamar yang bertuliskan nomor 12 itu, ia berjalan dengan gontai, tatapan nya terlihat begitu tersayat. Hanya saja senyuman nya cukup menawar rasa sakit di hati nya.

Sesaat ia menatap lurus kedepan, dengan arah yang berlawanan Raka berjalan dengan satu tangan yang menyapu darah di sudut bibir nya. Ashila merasa ada rasa ibah di dalam hati nya, Raka adalah orang yang ada di dalam hati nya. Jadi mana mungkin Ashila tega melihat Raka seperti ini.

"K-ak, kakak ga apa-apa? Mau aku obatin?" tawar Ashila sembari mendekat ke arah Raka, dan kebetulan di lorong hotel tidak ada orang yang berlalu lalang. Ya katakan lah Ashila bodoh!!! Tapi apakah jika kalian di posisi Ashila akan tahan dengan situasi yang berlarut-larut seperti saat ini?

Ashila mencoba menyodorkan tangannya untuk melihat parah atau tidak nya lebam di wajah Raka, tapi dengan seketika Raka menepis tangan Ashila begitu saja.

"Ga usah sok manis lu!!!" desis Raka dan lalu pergi begitu saja meninggalkan Ashila dengan beribu rasa sakit didalam hatinya.

Ashila menatap punggung Raka dengan nanar, lama kelamaan punggung itu menghilang. Ia melihat jika Raka memasuki kamar nomor 8 yang ia yakini adalah kamar Diko dan teman-temannya.

Sakit ya

Ia pun memutuskan untuk kembali menjalankan niatnya,yaitu menemui Megan.

•••

"Sakit?" tanya Glan sembari melempar bantal guling kehadapan Raka.

Raka menepis bantal guling itu "Ehh si anj*ng!!! Kayak ga pernah adu jontos lu!!!" cibir Raka.

Arsen pun tertawa mendengarnya "dia kan banci,Rak!!!" ucap Arsen dengan lantang dan tertawa mengejek.
"Cihhh gue aduin sama Bunda gue lu!!! Lu bilangin gue Banci!!! Bunda sama Ayah gue udah susah-susah buat orang ganteng kek gue gini!!!" cerocos Glan berpura-pura ngambek.

Arsen pun tertawa hambar "semerdeka lu aja dah, anak nya Bundaaaa!!!" sahut Arsen mengalah.

Raka tersadar jika keberadaan Diko tak terlihat saat ini, ia menjelajah matanya kesetiap sudut ruangan tapi tak ada tanda-tanda dari Diko.

"Nyariin Diko?" tanya Arsen yang melihat Raka celingak celinguk. Raka pun mengangguk mengiyakan.

"Itu di toilet, dari tadi tu bocah di toilet!!! Kek nya Diko lagi ngadain blusukan deh!" jawab Glan Asal. "Diko jahat ya" tambah nya lagi.

Fall In Love With SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang