TYB #3

8.5K 627 15
                                    

"Kamu gimana sih makan bisa belepotan kaya gini."

Jelita--pacar Lintang terlihat mesem-mesem ketika tangan pacarnya dengan lembutnya menghapus noda ice cream yang nyasar di sudut bibirnya. Menurutnya, apa yang dilakukan Lintang padanya sekarang ini adalah suatu yang romantis. Wajar bila dirinya dibuat baper saat ini.


Jelita kemudian melanjutkan menjilati ice cream-nya lagi. Tak masalah sama sekali bila harus ada ice cream yang membelepoti bibirnya kembali.

"Mau lagi?"

Ucapan itu tiba-tiba terucap dari bibir Lintang, dan Jelita tanpa ragu mengangguk antusias sebagai jawabannya.

Lintang seketika mencubit gemas hidung Jelita. Pacarnya itu, sebelumnya sudah menghabiskan ice cream 3 bungkus, dan ternyata masih kurang. Benar-benar sangat gila ice cream. "Kamu tu ya, suka banget sih sama ice cream. Tahu gak kalau ice cream itu bisa bikin gemuk?"

"Tau. Tapi, aku gak takut," jawab Jelita santai. "Lagian biar nanti gendut, aku pasti tetep cantik kok." Cewek itu langsung membungkam mulutnya dan nampak tersenyum malu-malu.

"Tetap cantik?" Lintang tertawa pelan. "PD banget sih kamu." Lintang yang makin gemas, mencubit pipi Jelita.

"Aw! Emang kenyataannya gitu kok," balas Jelita. "Udah Lintang. Mana ice cream-nyaaaa," rengeknya.

"Kamu lebay banget. Aku nyubitnya lemah gini masa kamu teriak-teriak gitu." Lintang tiba-tiba menoel pinggang Jelita jail.

"Lintang! Apaan sih? Geli tauk."

"Masa gini aja geli." Lintang menoel lagi pinggang Jelita, membuat cewek itu agak bergoyang-goyang karena kegelian.

"Apaan sih kamu, Lin. Aku pulang aja nih." Jelita manyun karena ngambek.

Mereka ini memang sedang pacaran di rumah. Di rumah cuma ada Bintang sama Ria doang. Ria memang sudah tahu Bintang dan Lintang pernah pacaran, dan tugas Ria hanya membantu merahasiakan hal itu ke suaminya. Ria mah santai orangnya, jadi ia mengizinkan kedua anaknya untuk mulai memilih calon masa depannya sekarang.

"Ulululululu, tayang ngambek." Lintang menggeser tubuhnya mendekat ke Jelita, dan mengusap pipinya.

"Nyebelin!"

"Maaf, ya."

"Gak."

"Minta maafnya pakai ice cream deh kalau gitu."

"Mauuuu." Jelita langsung berucap manja.

Lintang terkekeh geli melihat ekpresi lucu Jelita. "Segampang ini ya bikin kamu nggak ngambek lagi," ucapnya setelah bangkit dari duduk.

"Jangan banyak omong, deh. Cepetan ambilin." Jelita hampir saja kelepasan untuk membentak.

"Ya, oke." Lintang akhirnya berlalu untuk mengambil ice cream di kulkas.

Tak lama kemudian Lintang sudah kembali membawa dua bungkus ice cream di tangannya. Satu untuk Jelita dan satunya lagi untuk Lintang sendiri.

Jelita terlihat senang begitu mendapat ice cream lagi dari Lintang. Namun kesenangan itu berakhir karena pacarnya itu tiba-tiba mencoret mukanya dengan ice cream.

"Lintang, ih!"

"Kita perang ice yuk," ajak Lintang, lalu semakin gila-gilaan memberikan noda ice cream di wajah Jelita.

Awalnya Jelita memang kesal, tapi lama kelamaan akhirnya dia ketawa juga karena berhasil membuat muka Lintang penuh dengan ice cream.

"Haha, jelek banget kamu," ejek Jelita sambil ketawa. Namun ketawanya langsung berhenti ketika Lintang membalas apa yang baru dirinya perbuat. Sekarang wajah cewek itu pun hampir penuh dengan ice cream juga.

"Lintang!!!"

Lintang langsung lari begitu lengkingan suara itu keluar dari bibir Jelita. Jelita sendiri langsung mengejarnya, alhasil kini keduanya jadi kejar-kejaran. Mereka kompak tertawa tanpa ada yang tahu, jika sendari tadi ada seorang yang menontoninya.

"Padahal gue yang mati-matian merjuangin dia," gumam Bintang yang ada di depan pintu kamarnya. "Sampai gue bisa lumpuh kaya gini ..., tapi ending-nya ... malah ditikung sama saudara sendiri." Bintang tersenyum miris.

Satu hal yang tak pernah orang rumah tahu, alasan utamanya mengikuti balap motor liar itu karena ditantangin oleh cowok yang suka dengan Jelita.
Karena Bintang risih hubungannya terus digangguin cowok itu, akhirnya Bintang mau menerima tawarannya. Walaupun saat tanding, akhirnya sama-sama berakhir gak sampai finish karena sama-sama jatuh--di tempat yang berbeda.

Sekarang Bintang manggut-manggut pelan. "Tapi, gak pa-pa kok." Cowok itu menyeringai kemudian. "Gue udah ikhlas."

Ya, memang Bintang sudah ikhlas. Ngapain juga tetap ngarepin cewek lenjeh semacam Jelita itu. Bintang bahkan sangat menyesal sekali sudah pernah mencintai cewek itu. Dasar girl jaman now, mukanya polos tapi hatinya busuk. Pacarnya kena musibah bukannya disemangatin, malah diputusin. Berengsek memang.

☆☆☆

Thank You Brother [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang