TYB #10

5.1K 510 14
                                    

"Ternyata nih cewek lebih brengsek dari apa yang gue pikirin, ya?" Bintang membuang muka, meremas ponsel di genggamannya.

Di layar ponsel itu terdapat foto mantannya dengan seorang cowok. Namun bukan Lintang yang kini berstatus sebagai pacar cewek itu, tapi cowok lain. Entahlah itu siapa, ia gak kenal. Yang jelas foto itu menjelaskan bila Jelita menyelingkuhi saudara kembarnya.

Ngomong-ngomong soal foto itu, Bintang sebenarnya dapat dari Kiki. Sahabatnya tadi gak sengaja melihat Jelita di salah satu cafe di Bogor. Kata Kiki, Jelita bersama cowok itu terlihat mesra-mesraan, membuatnya curiga. Dan semua itu terbukti saat Kiki mendengar Jelita memperkenalkan diri sebagai pacar cowok itu di depan teman-teman cowok itu juga.

Sekian lama Bintang mengalihkan pandangannya, ia akhirnya kembali memandang foto itu. "Lintang harus tahu nih," gumamnya. Bintang mulai menjalankan kursi rodanya, lalu berhenti mendadak.

"Aduh, kok gue gak siap buat ngobrol sama tuh anak, ya?" keluh Bintang.

Sejak tahu satu fakta yang mengejutkan itu, Bintang jadi makin merasa bersalah pada Lintang. Ia jadi merasa orang paling jahat selama ini.

Orang yang jelas-jelas sebal kepadanya itu, rela mempertaruhkan nyawa demi dirinya. Dan itu, bikin Bintang susah percaya. Sampai sekarang, Bintang canggung kalau natap mata Lintang.

"Ah, samperin ajalah," putus Bintang. "Sampai kapan juga harus kaya gini?" Bintang menjalankan kursi rodanya lagi.

Bintang mengarah ke belakang rumah, karena ia tadi sempat melihat Lintang belajar di ayunan dekat kolam renang.

Bintang menghentikan kursi rodanya ketika sudah bisa melihat punggung Lintang. Ia menarik nafas, mempersiapkan diri untuk berhadapan dengan Lintang.

Sekarang berhadapan dengan Lintang itu rasanya beda. Padahal dulu nggak. Jantungnya jadi deg-degan kaya lagi berhadapan dengan ayahnya.

Sekali lagi, Bintang menarik napasnya. Merasa sudah siap, barulah ia kembali menjalankan kursi rodanya mendekat pada Lintang.

Lintang masih asik sendiri dengan buku-bukunya, walau ia sebenarnya sadar akan hadirnya Bintang.

"Lin," panggil Bintang.

Nggak ada balasan. Tapi, Bintang yakin kalau Lintang itu denger. Orang posisinya sekarang ada di sebelah Lintang.

"Madep ke gue. Lo harus lihat foto yang baru gue dapet ini." Bintang melirik layar ponselnya yang masih menyala, menampilkan Jelita dan selingkuhannya.

Masih gak ada balasan, membuat Bintang mulai terserang kesal. Tapi, Bintang tetap akan berusaha kalem.

"Lin, serius. Lo harus lihat foto ini."

Masih gak ada balasan lagi.

"Ini foto Jelita sama selingkuhannya. Lo wajib lihat tau, Lin."

Mendengar itu, Lintang akhirnya menoleh Bintang dengan muka kaget. "Apa lo bilang? Selingkuhannya?"

"Iya," Bintang mengangguk mantap, "selingkuhannya."

Tanpa ba-bi-bu lagi, Lintang langsung merebut ponsel Bintang. Matanya kemudian terbelalak ketika melihat foto Jelita dirangkul oleh seorang cowok yang tidak dirinya kenal.

Bintang tersenyum puas melihat reaksi Lintang itu. "Mending lo putusin dia," sarannya.

Suara itu mengembalikan lagi alam sadar Lintang. Cowok itu langsung menatap dingin Bintang dan melemparkan ponsel ke pangkuan pemiliknya agak kasar.

"Keren ya skenario lo."

Hah? Bintang seketika cengo.

"Gue tahu, ini pasti rencana lo," tambah Lintang. "Biar Jelita bisa lo ambil lagi dari gue." Lintang langsung membuang mukanya karena eneg lihat Bintang.

"Lo ngapain nuduh gue gitu?" sahut Bintang kesal. "Ini beneran tahu," lanjutnya. Karena kesal dituduh seperti itu, rasa canggung yang sempat ada pada diri Bintang pun hilang sepenuhnya.

"Gue gak percaya." Lintang lebih memilih menatap buku-bukunya lagi.

Bintang hendak ingin melontarkan kata-kata makian pada Lintang, tapi rasa bersalah itu tiba-tiba muncul lagi. Jadi, ia batalkan karena gak enak pada cowok itu.

"Terserah Lin, kalau lo gak percaya," ucap Bintang kalem. "Yang jelas gue udah ngomongin lo." Bintang memutar kursi rodanya, lalu berlalu kemudian.

Tiga detik berlalu sih Lintang cuek saja, baru di detik selanjutnya Lintang mengangkat kepalanya, menatap ke arah Bintang pergi.

Ada yang aneh pada Bintang. Kalem amat perkataan yang terakhir dikatakan cowok itu, seolah lagi menasehati dirinya gitu. Kan bukan Bintang banget.

☆☆☆

Thank You Brother [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang