TYB #6.b

5.7K 531 22
                                    

Semua orang yang ada di dalam mobil--kecuali Bintang, turun satu persatu usai mobil telah tiba di depan pagar rumah. Robi sengaja tak memasukkan mobil langsung ke garasi karena setelah ini dirinya akan menggunakan mobil itu lagi.

Tangan kekar Robi kemudian mengangkat tubuh Bintang keluar dari mobil. Anaknya itu terlihat pasrah. Sebelum bokong kembali menyentuh kursi roda, Bintang nampak memejamkan matanya.

Saat ini Bintang merasa malu. Ya, begitulah.
Hati Bintang sering timbul perasaan seperti itu tiap kali ayahnya melakukan apa yang dilakukan saat ini padanya.

Anak cowok.

Udah gede.

Diangkat ala bridal style sama digendongin gitu sama ayahnya, siapa sih yang nggak malu?

Apalagi kalau sampai ada cewek yang lihat. Mukanya memang mau ditaruh di mana?

Dan apa yang tidak diharapkan itu pun terjadi. Bunga melihatnya. Sekarang, rasanya Bintang ingin masuk ke dalam rok panjang bundanya saja.

Soal Bunga ... dia itu tetangga baru yang tinggal di sebrang rumah Bintang. Cewek itu kakaknya anak nakal yang nglemparin bola ke kepala Bintang beberapa waktu lalu. Berawal dari kejadian itu, Bintang jadi bisa kenal dengan cewek itu. Waktu itu dia minta maaf berkali-kali, tak enak padanya karena adiknya melempar bola di kepalanya dengan sengaja.

"Om sama Tante abis dari mana?" Bunga bertanya ramah sehabis turun dari sepedanya.

Please ganti muka hambamu ini sekarang juga Tuhan.

"Kami habis ziarah dari makam Sinar, Nga," balas Ria tak kalah ramah.

"Sinar siapa, Tante?"

Bintang benar-benar menutup mukanya dengan kaos yang ditarik ke atas ketika Bunga menatapnya. Bunga sendiri nampak berusaha menahan senyum melihat aksi yang dilakukan Bintang itu.

"Sinar anak Tante sama Om." Ria menjeda perkataanya. "Saudara kembarnya Lintang sama Bintang."

"Tan, jadi Bintang punya kembaran lain selain Lintang?" Bunga kaget mendengarnya.

Ria mengangguk.

"Astaga, Tan. Bunga turut berduka cita, ya."

Ria mengangguk lagi. "Makasih, Bunga." Perempuan itu melempar senyuman sendu untuk Bunga.

"Iya, Tante." Bunga membalas senyum Ria.

"O, iya, Bunga sendiri abis dari mana?" tanya Ria kemudian.

"Aku lagi nyariin Miko, Tante," jawab Bunga sambil celingukan singkat, siapa tahu tak sengaja melihat adiknya. "Gak tau lagi keluyuran ke mana. Dari tadi aku cariin gak ketemu," lanjutnya lesu.

"Ya, ampun, Nga. Hati-hati lho," kata Ria. "Dia masih kecil, jagainnya yang bener-bener. Soalnya punculikan lagi marak," lanjutnya.

"Iya, Tante." Raut muka Bunga berubah cemas begitu mendengar kata penculikan. "Yaudah, Bunga lanjutin cari adik Bunga lagi, ya, Tante. Selamat sore semua." Bunga berlalu usai berpamitan pada mereka semua.

Andai gue gak lumpuh, Nga. Gue pasti udah bantuin lo nyariin Miko. Bintang menatap punggung Bunga dengan datar.

Sedangkan Robi dan Lintang yang berada di sebelah Bintang, membatin dengan inti yang sama. Bila Sinar masih hidup, mungkin dia akan setinggi dan secantik Bunga.

☆☆☆

Thank You Brother [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang