13. Mama Mishall

5.4K 513 42
                                    


"Apa Mama mengadopsi nama dari papa?" tanya Sum sewaktu mereka sedang berada di teras rumah sore itu.

"Iya, papamu yang meminta."

Sum tak bertanya lagi. Ia memilih memainkan permainan di ponsel pintarnya.

"Rupanya kamu mulai suka dengan benda itu, Nak?"

Sum tersenyum. "Aku sering melihat tetanggaku memakai ini di desa. Aku kira ini apa. Aku pernah melihatnya di tivi. Aku pikir ini hanya sejenis hape, ternyata banyak sekali fitur di dalamnya. Bagaimana aku gak suka, Ma."

"Berhati-hatilah menggunakan itu, Shakila. Kau masih sangat polos. Sosial media berbahaya bagi remaja sepertimu."

"Aku pikir, aku bisa lebih bijak dalam mengatasi sesuatu."

"Itu bagus."

Sum kembali asyik dengan permainannya. "Sum," panggil Mishall.

Sum tak menyahut. Mishall melanjutkan kata-katanya. "Besok, mama akan mengajakmu jalan-jalan di sekitar kota."

"Ke mana?" Sum bertanya tanpa menoleh ke arah sang mama. Ia lebih asyik memainkan ponsel pintarnya.

"Terserah Shakila saja."

"Baiklah," sahut Sum singkat.

Mishall menoleh sejenak pada anak gadisnya. Ia tersenyum geli. Tingkah laku Sum mengingatkannya pada sang suami, Thomas. Laki-laki tampan dan cuek. Pembawaannya sama persis dengan Shakila. Ia menghela napas pelan. Sesak rasa bila mengenang sang suami. Kebahagiaannya hanya sejenak ia rasakan dulu. Sum yang selalu berbicara seperlunya. Sifat beku dan seolah acuh tak acuh adalah pembawaan Thomas. Mungkin iya, tapi juga tidak. Thomas begitu perhatian dan sangat peka. Apakah sifat orang desa yang telah membentuknya sekaku itu pada Shakila? tanyanya dalam hati.

-★-

"Ini anak, Jeng?" Mishall mengangguk angkuh.

"Cantik sekali," puji tetangga sebelah rumah Mishall. Namun tatapannya begitu sinis melihat Mishall. Mishall tetap dengan mimik wajah angkuhnya.

"Tentu saja cantik. Dia anakku," sahutnya datar.

"Semoga saja, dia gak seperti Jeng," ucap tetangga itu pelan. Sum dan Mishall mendengarnya. Mishall memilih acuh tak acuh, sementara Sum menatap ke arah lain. Baginya perdebatan para ibu itu tidak begitu penting. Di desanya hal seperti itu juga biasa terjadi.

Tetangga yang bernama Jeng Miranda itu berlalu begitu saja. Mishall segera naik ke atas mobil dan mengajak Sum turut serta.

"Jangan dengarkan omongan tetangga di sini, Anakku. Mereka hanya iri pada mama."

Sum mengangkat bahu, "Bagiku itu gak penting."

"Baguslah."

Mobil melaju keluar dari pelataran rumah dan melaju begitu cepat. Pak Sugito--Sang sopir menanyakan mereka hendak ke mana. Mishall menunjuk daerah pusat perbelanjaan.

Mishall mengajak Sum memilih baju modis dan anggun. Wanita itu juga mengajak anak gadisnya ke salon. Mishall mengajak Sum untuk SPA, massage, dan segala macam perawatan dari salon yang ada. Setelah semua perawatan selesai mereka lakukan, Mishall terpana melihat Sum berubah menjadi gadis cantik layaknya selebriti. Ia mengitari tubuh anaknya.

"Kau benar-benar cantik, Shakila," ucapnya setelah di depan salon.

"Mishall, siapa gadis ini?" Seorang laki-laki paruh baya menyapa mereka dengan sebuah senyuman. Mishall membalas senyumnya.

"Hai Gredli, kebetulan kau di sini. Kenalkan, ini anakku, Shakila. Shakila Urelia Mishall. Anakku dan Thomas. Ini anak yang pernah aku ceritakan padamu."

Napas SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang