18. Rahasia

5K 468 43
                                    


Sum menyibakkan air ke wajahnya berkali-kali di depan wastafel. Kesal masih menggerogoti perasaannya. Bagaimana tidak, hari itu ia harus menerima perlakuan Adinata yang memasang wajah manis sebagai calon istri gadungannya.

"Dasar manusia palsu!" ocehnya sendirian di kamar mandi tamu rumah Adinata. Ia berjingkat keluar dari kamar mandi dan memijat keningnya, masih dengan wajah yang basah. Sebagian hijab di sisi wajahnya pun tak luput dari percikan air, "Ini gara-gara mama! Coba mama gak pake acara permak wajah aku, pasti pemuda aneh itu gak bakal punya pikiran ngakuin aku sebagai calon istri. Mana ada yang anak orang kaya mau sama pembantu," gerutunya masih dengan wajah ditekuk dengan tangan dilipat di dada.

"Siapa bilang, kalo pembantunya cantik," seloroh Adinata yang bersandar santai di depan kamar mandi. Sum terhenyak. Ia malas menggubris ucapan pemuda itu dan memilih pergi.

Langkah Sum terhenti di samping majikannya. Nina menyeretnya ke sisi taman depan. Ia membisikkan sesuatu pada Sum. Dari ekspresinya, Sum nampak mengangguk pasrah. Sepertinya sebuah keputusan berat harus ia terima. Adinata tersenyum puas dari kejauhan.

-★-

Pagi ini Sum tidak bekerja, ia diminta oleh sang mama ke losmen. Walaupun sebenarnya ia enggan, gadis itu menurut saja. Sekalian ia ingin menemui Tika untuk mengetahui kabarnya.

Sum melangkah santai masuk ke dalam losmen dan langsung menuju ke kamar Tika. Namun kamar itu sudah kosong tak berpenghuni. Letak spreinya pun sudah rapi seperti sedia kala.

Langkahnya berlanjut ke kantor sang mama, "Ma, Mbak Tika mana?" Ia cukup merasa khawatir mengingat wanita bernama Tika itu masih belum sehat.

"Dia sudah pulang ke rumahnya," jawab sang mama datar. Tangannya sibuk menghitung beberapa lembar uang hasil sewa kamar losmen.

"Rumahnya di mana, Ma?"

Mishall menghentikan aktivitasnya sejenak dan menghela nafas pelan.

"Apa mama harus tahu alamat setiap penyewa losmen ini, Sayang?"

Sum bergeming. Ia membenarkan ucapan sang mama. Gadis itu hanya merasa ingin tahu saja kabar Tika. Ia merasa khawatir, hanya itu.

Semoga kelak aku bisa ketemu sama Mbak Tika.

Kali ini ia merasa kesepian. Setiap ke losmen, ia akan sempatkan menuju kamar Tika. Sum tahu, Tika sudah berhenti dari pekerjaan 'itu'.

"Mbak Sum, semoga Allah memberiku pekerjaan yang lebih baik setelah ini. Aku sudah ditegur. Allah ternyata masih sayang padaku. Aku sudah peka dengan sinyal kasih-Nya."

Sum memeluk Tika kala itu sembari menangis terharu.

"Aamiin ...," harapnya dalam hati.

Sum memilih duduk di kursi bawah pohon beringin di depan pelataran losmen. Ia terkejut saat melihat Adinata. Gadis itu menggeleng pelan saat melihat pemuda itu mengendap-endap. Ia masih belum mengerti tingkah aneh sang pemuda.

"Masuk aja, Mas Adinata yang terhormat calon suami Sum. Gratis!" sindir Sum. Penekanan ucapan Sum membuat Adinata yang tidak menyadari kehadiran gadis itu terlonjak kaget.

"Kamu? Setelah jadi babu sekarang jadi bunga bangke lagi?"

Acuh. Sum memilih acuh dan beranjak pergi. Namun lengannya ditarik paksa oleh Adinata. Gadis itu mengeluh sakit. Seketika ia tersulut emosi.

"Bisa sopan sama perempuan gak?" bentak Sum.

Pemuda itu bukannya menjawab malah mendengus, "Aku ingin tanya sesuatu sama kamu."

Napas SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang