19. Sakit itu

4K 428 20
                                    


"Tiada seorang mu'min yang ditimpa oleh lelah atau pe­nyakit, atau risau fikiran atau sedih hati, sampai pun jika terkena duri, melainkan semua penderitaan itu akan di­jadikan penebus dosanya oleh Allah"

(HR Bukhari-Muslim).

※♡※


Adinata membawa sekeranjang aneka buah pada Shakila. Sesampainya di kamar rawat, Shakila masih memejamkan mata. Adinata mengupas sebuah apel dengan pisau kecil. Kelopak bening Shakila terbuka perlahan. Ia terkejut mendapati pemuda di sampingnya itu tersenyum padanya sembari menyodorkan sepotong apel.

"Makanlah, buah ini manis. Sangat cocok buat badanmu yang lemas."

Sum menerima potongan buah itu dan memakannya. Ia mengunyahnya perlahan.

"Siapa yang menyuruhmu ke sini?"

"Gak ada. Aku cuma gak ada kerjaan aja di rumah, bosen. Jadi apa salahnya aku menemani orang sakit. Allah itu dekat dengan orang sakit. Makanya aku deketin kamu," goda Adinata.

Sum memutar bola matanya malas. Ya Allah ... hindari hamba dari manusia usil satu ini, ucap Sum dalam hati dengan menelungkupkan kedua telapak tangannya ke atas.

"Sedang apa kamu?"

"Berdoa."

"Buat?"

"Berdoa aja. Moga dilindungi dari godaan syetan yang terkutuk," sindir Sum. Adinata menelan salivanya sejenak.

"Ini makan buah aja biar gak ngoceh mulu, lagi sakit juga," ujar Adinata sembari menyodorkan potongan buah ke mulut Sum lagi. Otomatis Sum membuka mulut dan mengunyah potongan buah. Adinata tergelak, "Manis, 'kan? Makanya orang laper bawaan emang baper, emosi. Bilang aja lagi laper."

Sum terus mengunyah tak mempedulikan ucapan Adinata. Ia hanya merasa aneh saja, baru membuka mata, pemuda itu sudah duduk di sampingnya dan malah menyuapkannya buah.

"Perutku belum keisi apa-apa sudah makan buah. Kata mama aku kan sakit tipes." Akhirnya Sum membuka suara juga.

"Bentar lagi makanan juga dateng."

Benar saja, tak berselang lama makanan sudah diantarkan oleh pegawai rumah sakit. Sum mengangkat kepalanya sejenak menengok makanan di atas nampan, "Makanan apa itu?"

Adinata hanya diam. Lantas mengambil makanan yang diletakkan pegawai tadi di atas nakas. Ia menyendok beberapa sayur dan lauk.

"Makanan rumah sakit mana enak? Bentuknya aja aneh," omel Sum.

"Ini namanya bubur nasi. Menunya juga udah disesuaikan sama kebutuhan gizimu. Makan, ayo!" Adinata kembali menyodorkan makanan ke mulut Sum. Sum membuka mulut dan mengunyahnya. Walaupun sedikit aneh, ia memakannya saja. Gadis itu hanya ingin sembuh dan secepatnya keluar dari ruangan berbau obat itu.

Dari balik luar kamar, Mishall hendak melangkah masuk, namun langkahnya tertahan saat melihat seorang pemuda tengah bersama anak semata wayangnya itu.

"Shakila sama siapa?"

Wanita itu mencoba mengingat sesuatu. Tak lama, ia membingkai mulutnya membentuk huruf 'O'. Ia mengingat sesuatu.

"Dia itu kan Nata, anaknya Gredli. Aku harus menghubungi Gredli sekarang." Buru-buru Mishall merogoh ponselnya dari dalam tas. Saat menghidupkan layar datar berbentuk persegi itu, ia menghubungi kawan lamanya.

"Ada apa, Mishall?" ucap Gredli di seberang sana.

"Kamu tahu, anakmu Nata sekarang ada di rumah apa tidak?"

Napas SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang