6. Harus beginikah?

6K 521 28
                                        


Seperti biasa setiap sore ia akan menyapu halaman dengan sapu lidi dan menyiramnya setelah menyapu.


"Gak kebalik, Sum?"

Gadis itu mengangkat wajahnya mendengar suara seorang pemuda. Ia meletakkan timba yang berisi air. Pipinya merona karena malu saat Ganda mengajaknya bicara.

"Mas Ganda, aku kira siapa."

"Memangnya dikira siapa?" tanya Ganda lembut membuat hati Sum berdesir terpesona.

Ganda tersenyum geli melihat Sum tertawa sembari menggosok ujung bajunya. Pemuda itu tergelak melihat tingkah gadis di hadapannya. Sum yang polos.

"Ada perlu sama mamak ya, Mas?"

Ganda menggeleng sembari menatap Sum dengan lekat.

"Sama bapak?"

Ganda menggeleng lagi. Sum berpikir sejenak. Kenapa si Mas geleng-geleng mulu?

"Sama adek-adek Sum?"

Ganda menggeleng untuk kesekian kalinya.

"Mas Ganda jangan geleng-geleng mulu. Entar kalo Sum ngajak nikah, Mas Ganda juga mau geleng-geleng masa?"

Keceplosan.

Kali ini isi hatinya bersuara melalui mulutnya langsung. Reflek Sum menutupi mulutnya. Ganda yang melihat dan mendengar banyolan Sum tertawa terbahak-bahak.

Ganda memegangi perutnya menahan tawanya kemudian. Ia pikir tidak sopan tertawa lepas di depan rumah orang.

"Begini, Sum. Mas mau ngundang Sum ke acara rapat besok. Aku sebagai perwakilan pemuda desa mengundang semua pemuda pemudi desa ini untuk musyawarah soal acara agustusan bulan depan."

Sum ber-"oh" ria.

"Insya Allah Sum dateng, Bang. Eh Mas."

Ganda tersenyum samar dan menggeleng pelan. Sumpah, gadis ini sangat polos.

"Aku pamit dulu ya, Sum?" Sum tersenyum dan mengangguk pelan.

Tatapan matanya masih mengekori jejak langkah pemuda tampan yang sudah mencuri hati gadis itu. Namun saat mengingat pertunangannya tang masih bisa dikatakan baik-baik saja rasanya perasaan itu percuma dan harus ia buang sejauh mungkin. Sebelum semua terlambat, aku harus menutup perasaan kelabu ini.

"Siapa, Sum?" Sum memutar tubuhnya. Sarti sudah di belakang menatapnya heran.

"Itu, Mak. Mas Ganda. Tadi dia ngundang Sum buat acara agustusan, acara rapat pemuda pemudi desa gitu."

"Kirain ngapain."

"Memangnya Mak kira ngapain?"

"Mamak kira dia nyamperin kamu cuma-cuma gitu."

"Maksudnya?"

"Kangen sama kamu mungkin."

Mamak berseloroh membuat jantung Sum berdegup kencang walau sesaat. Sum hanya tersenyum menyeringai.

Napas SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang