Better Than Before

149 5 0
                                    

Diana's Point Of View

Setelah aku berpakaian,Matt mengajak ku ke sesuatu tempat. Tempat yang mungkin aku sukai jika sudah berada disana. Katanya,Matt ingin sekali mengajak ku berlibur bersama. Tetapi waktu yang menghalangi itu.

" Udah belum Matt?" tanya ku saat tangan Matt masih menutupi kedua mata ku, aku sangat penasaran.

" Udah,tadaaa!" Mata ku tidak mau lepas dari pemandangan yang sangat indah ini. Aku sebelumnya belum pernah pergi ke Bogor. Dan saat ini aku bersama Matt menuju ke bukit teh.

Udara disini sangat sejuk walaupun sangat dingin. Karena itu Matt menyuruh ku untuk memakai jaket nya.

" Gimana? Kamu suka?" tanya Matt saat aku masih tidak bisa berkata kata. Aku menatap nya.

" Aku suka,Matt. Sebelumnya aku belum pernah kesini tau " jawab ku. Matt terkekeh.

" Cuma orang yang aku sayangi dan cintai,bakal aku ajak kesini " ucap Matt seraya mengecup pelipis ku lembut.

" Makasih,Matt " Matt mengangguk lalu mengenggam tangan ku.

Tiba tiba ponsel yang berada di tas ku berdering. Siapa yang menghubungi ku disaat seperti ini?

" Halo?"

" Diana,kamu kenapa gak kerja?" tanya seseorang di seberang sana. Aku belum melihat id caller nya. Ah,Satrio.

" A-aku sakit,Satrio. Izinin aja deh ya " alibi ku. Aku tidak mood kerja setelah melakukan nya bersama Matt.

" Hm,oke. Cepet sembuh ya " Setelah selesai berbicara,Satrio langsung mematikan sambungan nya sepihak.

" Siapa?" tanya Matt penasaran.

" Satrio nanyain aku kenapa gak kerja" jawab ku jujur. Matt terkekeh.

" Ya iyalah gak bisa kerja,jalan aja kamu susah gara gara semalam. Ya kan?" ucap Matt seraya menggoda ku. Kenapa sih suka sekali membuat pipi ku merona merah?

" Iya iya deh yang jago " cibir ku. Matt terkekeh sangat geli.

Lalu,kami menikmati udara sejuk sambil berjalan jalan di kebun teh.

•••

Satrio's Point Of View

Sial. Diana berbohong pada ku hanya untuk lelaki brengsek yang berbeda keyakinan dengan nya. Aku harus bagaimana?

Aku mengacak acak rambut ku frustasi. Aku sudah hampir lelah menasehati Diana yang selalu menerima sembarangan cinta dari lelaki lain. Sementara aku yang sudah kenal sejak masa duduk di bangku putih abu abu,tidak pernah di lirik nya sama sekali.

Kami hanya teman. We're friends. Ck

Akhirnya aku mengizini Diana untuk malam ini. Aku sudah menyelesaikan semua kerjaan dari Gloria. Jadi aku hanya sedang memikirkan satu perempuan yang membuat ku hampir lelah menjaga nya.

Tiba tiba mata ku meneteskan air mata,aku merasa tidak berharga karena nya. Apa berjuang harus sampai seperti ini? Aku mencoba untuk berpaling namun selalu gagal. Dia sudah berhasil mencuri hati ku.

" Hei,Satrio. Ada masalah apa?" tanya seseorang yang entah sejak kapan berada di depan ku. Gloria.

Aku menggeleng.

" Gak apa apa,cerita aja sama saya. Barangkali saya bisa membantu kamu Satrio " ucap Gloria berusaha menyakinkan ku. Aku akhirnya mengangguk.

" Saya merasa tidak pantas karena sudah bercerita dengan atasan saya " ucap ku canggung. Gloria tetap menggeleng.

" Singkat cerita,saya mencintai Diana. Sangat. Perasaan dari saya SMA sampai sekarang masih sama. Tetapi cinta saya tidak pernah terbalaskan " ucap ku seraya tersenyum miris. 5 tahun aku terjaga dengan perasaan ini.

Gloria menatap ku dengan iba,tangan nya terulur untuk mengelus pundak ku. Berniat menenangkan ku.

" Dan dengan orang tua kami yang bersahabat dan bertetangga. Tidak menjadi alasan untuk Diana karena tidak mencari lelaki lain yang pantas untuk nya " lanjut ku.

" Saya tahu dan sangat mengerti rasanya seperti itu. Saya sendiri pernah mengalaminya. Tapi suatu saat nanti kamu bisa berpaling ke lain hati. Percayalah " ucap Gloria seraya mengulas senyuman tipis pada ku.

" Terima kasih,karena kamu saya sudah merasa lebih baik " ujar ku berterima kasih.

" Apapun itu,kamu bisa memanggil saya " ucap Gloria.

" Oh ya,tadi saya berencana memberi tahu kamu bahwa semua pekerjaan yang kamu kerjakan hari ini sudah selesai. Kamu bisa pulang ke rumah atau ke tempat kuliah sekarang " ucap Gloria lagi.

" Baik,terima kasih. Saya pamit " ucap ku berpamitan.

•••

Author's Point Of View

Matt dan Diana sudah kembali ke rumah Matt. Diana begitu kelelahan karena terlalu banyak berjalan disana. Matt menggendong Diana untuk memasuki kamar tidurnya.

" Kamu istirahat ya,aku mau ambil air putih buat kamu " ucap Matt seraya menidurkan tubuh Diana ke ranjang. Diana mengangguk.

" Nih,minum ya sayang " ucap Matt saat kembali mengambil segelas air putih. Tangan nya menyodorkan gelas untuk Diana. Diana meminumnya sampai habis lalu berterima kasih.

" Udah jam 7,aku siap siap dulu ya mau berangkat kuliah " ujar Matt seraya bersiap siap untuk kelas malam nya hari ini.

Diana meringis,pangkal pahanya sangat sakit akibat berjalan sangat bersemangat tadi.

" Kamu gak apa apa aku tinggal? Aku pulang jam 9. Tunggu aku ya,istirahat aja. Jangan terlalu banyak jalan. Okay?" ujar Matt cerewet pada Diana. Matt sangat tampan dengan denim jacket yang membalut tubuh atletisnya.

" Iya aku istirahat. Yaudah berangkat gih,nanti telat " ucap Diana. Matt mengecup kening Diana lalu berlalu begitu saja.

TBC

Difficult Choice [ PROSES REVISI ] [Decisión difícil] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang