Hari ini hari Sabtu,Diana biasanya rutin olahraga di pagi hari. Karena sedang berbadan dua,aktivitas rutin tersebut menjadi terhambat.
Satrio mengajak Diana untuk berjalan pagi saja,seraya menemaninya berjogging di taman kota.
" Na,temenin aku jogging yuk. Nanti kamu jalan biasa aja ya,mau ikut?" tawar Satrio seraya memakai baju jogging nya yang tanpa lengan.
" Mau,aku bosen dirumah " keluh Diana. Akhirnya Diana mengganti baju tidur dasternya dengan pakaian santai nya.
Mereka berdua berjalan kaki bersama sama.Karena letak taman kota tidak begitu jauh jaraknya. Sampai di taman,Diana hanya berjalan seperti biasa dan Satrio hanya berlari lari kecil dan memutari taman kota tersebut.
" Na,capek " rengek Satrio seraya menyandarkan kepalanya di pundak Diana. Diana menyentil dahi Satrio.
" Uh! bau keringet,sana sana hush! " usir Diana. Satrio hanya cemberut dan menjauhkan letak duduknya dari Diana.
" Jahat," gumam Satrio. Diana hanya tersenyum melihat tingkah Satrio. Lalu wanita hamil itu mengambil handuk kecil dan air putih dari dalam tas kecilnya.
Diana membersihkan keringat di wajah,leher dan lengan Satrio dengan handuk kecil.
" Perhatian banget sih," goda Satrio seraya menatap jenaka Diana.
" Iya dong,emang gak boleh?" sewot Diana.
" Nih minum,haus kan?" Diana menyodorkan botol minum untuk Satrio. Satrio menerima dan meminum air di botol minum itu hingga tersisa setengah.
" Makasih " gumam Satrio kecil. Diana memandang wajah Satrio yang berkeringat dari samping. Diana menyadari satu hal,bahwa Satrio sangat sangat tampan. Diana terkikik sendiri.
" Loh? kenapa? kok cekikikan sendiri?" tanya Satrio heran.
" Eh,enggak kok hehe. Bukan apa apa" jawab Diana seraya tersenyum. Satrio menatap nya curiga.
•••
Diana's Point Of View
Kalian tau? Pipi ku sedang merona merah saat ini. Karena Satrio terus menerus menatap ku dengan mata elang nya.
" Bilang aja,aku kenapa? ganteng? Ya iyalah, udah dari lahir dong " ucap Satrio percaya diri. Ewh. Tetapi,itu memang fakta.
" Apaan sih,kepedean banget " cibir ku. Dia terkekeh.
Kami berdua bungkam. Tidak ada yang membuka mulut,karena aku dan Satrio sedang menikmati hilir angin yang sejuk.
Saat mata ku melihat ke semua taman,aku seperti melihat lelaki yang tidak asing. Itu...seperti Matt? mungkin? Aku harus menghampirinya.
Aku bangkit dari duduk ku,lalu berlari mengejar Matt. Matt sudah hampir masuk ke dalam mobilnya.
" Matt! Tunggu! Itu kamu kan?" ucap ku saat mengetuk ngetuk kaca mobil Matt.
" Maaf,mba. Mba kaya nya salah orang deh" Aku menggeleng,ternyata itu bukan Matt. Tetapi kenapa wajahnya jika dilihat dari samping sangat persis dengan Matt?
" Na! Kamu mau kemana sih?" Satrio menghampiri ku dengan nafas yang terengah engah. Mungkin dia telah mengejarku.
" Na,ibu hamil itu gak boleh lari larian. Nanti jatuh gimana? Nanti kesandung gimana? Gak boleh di ulangin lagi ya " ucapnya cerewet. Wajahnya sangat menunjukkan bahwa dia sangat mengkhawatiri ku.
Kenapa semua seakan tidak adil? Matt yang menghamili ku dan menjadi seperti ini. Dan yang lebih tidak adil nya lagi adalah,kenapa harus Satrio yang seakan akan paling berperan sebagai suami ku disini? Bahkan,Matt terlihat menjadi lelaki brengsek yang menghilang entah kemana.
" Na?" Satrio melambaikan telapak tangan nya di depan wajahku. Lamunan ku buyar.
" Kenapa?" tanya ku bingung.
" Pulang aja yuk,aku takut kamu kecapekan " ujar Satrio seraya menarik tangan ku lembut. Dan kami berdua berjalan menuju rumah kembali.
•••
" Na? Kamu kenapa melamun mulu sih? Cerita sama aku kalo ada masalah" tanya Satrio gemas pada ku. Karena sedari tadi aku hanya melamun dan pikiran ku tertuju pada Matt.
Aku hanya menggeleng dan tersenyum tipis.
" Nggak kok,aku gak ada masalah " jawab ku.
" Yang bener? Ah,aku tau kamu bohong Na " ucapnya. Huft,aku tidak pintar berbohong dengan nya.
" Aku tadi ngeliat Matt " jawab ku pada akhirnya.
" Dimana? " tanya nya.
" Tadi di taman,dia lagi jalan mau masuk ke mobil. Pas aku samperin,ternyata bukan Matt " ucap ku lesu seraya menunduk.
" Mungkin kamu lagi kepikiran dia aja. Jadi ngeliat orang lain itu Matt. Jangan dipikirin ya,nanti kamu stres " balas Satrio. Aku mengangguk patuh.
" Na,"
" Hm?"
" Aku sayang sama kamu,Na " ucap Satrio seraya menatap ku penuh makna. Matanya tersirat banyak kata yang ingin dia ucapkan.
Aku hanya membalas ucapan Satrio dengan senyuman kecut. Lalu membuang wajah ke arah lain. Entahlah,aku merasa bingung dengan perasaan ini.
Biarkan aku untuk menyelesaikan masalah ku dengan Matt terlebih dahulu.
•••
Satrio's Point Of View
Sesak.
Itu yang aku rasakan. Di saat aku mengatakan bahwa aku menyayangi Diana,Diana hanya tersenyum kecut dan membuang pandangan nya ke arah lain.
Diana adalah wanita yang membuat ku berharap sampai sejauh ini. Alasan aku bertahan cukup lama adalah karena aku sangat mencintai Diana. Aku tau,di hatinya hanya ada Matt seorang. Tetapi,mengapa Diana mengatakan kalimat indah pada ku tempo hari?
Setelah terdiam cukup lama di samping Diana,aku memutuskan untuk menuju kamar ku. Aku rasa Diana butuh waktu untuk sendiri. Aku pun begitu.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Difficult Choice [ PROSES REVISI ] [Decisión difícil] ✔️
RomanceTidak ada yang mengetahui seberapa cepat waktu dan takdir berjalan. Begitu singkat pertemuan Diana dan Matt. Lelaki sejuta pesona yang membuat Diana jatuh cinta sampai sekarang. Namun,cinta itu hanya sementara akibat perbuatan brengsek Matt. Adapula...