Liona Eleanora

58 4 0
                                    

" Shhh...sakit...aww " rintih Diana saat merasakan perutnya berkontraksi hebat. Air ketuban nya sudah pecah. Namun,Satrio malah dibuat bingung.

Fyi,Diana sudah memasuki kehamilan nya ke 9 bulan. Kata dokter Jean,tidak lama bayi Diana akan lahir. Jadi Diana siap tidak siap harus menjalani proses persalinan nya nanti.

" Na, ayo ke rumah sakit. Tahan ya sakit nya... cuma sebentar kok " ucap Satrio menenangkan Diana. Lelaki itu menggendong Diana ala bridal style dan membawanya masuk ke dalam mobil.

" Satrio,cepett..." rengek Diana di dalam mobil saat Satrio mengendarai mobilnya. Satrio menambah kecepatan mobilnya.

•••

Sampai disana,Diana sudah ada diruangan bersalin. Sebelum itu,Satrio di perbolehkan masuk sebelum proses bersalin di mulai.

" Satrio,aku takut " ucap Diana lirih. Matanya meneteskan air mata.

" Ssstt...jangan takut ya,kamu baca doa sama baca basmalah aja. Pasti kamu bisa " Satrio menenangkan Diana. Lalu mengecup kening wanita itu.

Beberapa menit kemudian,Satrio keluar. Karena Diana akan mulai bersalin sekarang. Diana siap tak siap harus melewati ini.

Satrio mondar mandir karena gelisah memikirkan Diana yang sedang berjuang sendiri di dalam ruang bersalin. Satrio harap Diana baik baik saja dan bisa selamat.

Tiba tiba suara bayi menangis memekakan pendengaran Satrio. Satrio tersenyum lega. Setidaknya proses nya sudah selesai. Satrio bahagia karena Diana sudah melahirkan anaknya.

" Ah permisi,tuan bisa masuk ke dalam untuk melihat keadaan istri tuan "

Satrio mengikuti perintah suster tersebut untuk memasuki ruangan Diana.

Satrio bisa melihat Diana terbaring lemah di bankar dengan selimut putih polos yang menutupi perut sampai kaki Diana.

" Na..." panggil Satrio seraya menghampiri Diana.

" Kamu gak papa kan,Na? Kamu bisa. Kamu hebat,Na " Diana tersenyum. Wajahnya pucat dan lemas karena bersalin tadi.

" Permisi,tuan dan nyonya ini bayi nya" Suster datang seraya membawa bayi yang masih merah dan tidak ada dosa itu. Bayi Diana sama sekali tidak rewel,hanya menatap orang disekeliling nya.

Diana menggendong bayi nya,seraya tersenyum haru melihat anaknya.

" Na? Hei,kenapa nangis?" Satrio menghapus air mata Diana.

" Aku bahagia,tapi disisi lain aku sedih karena gak ada Matt disini " lirih Diana seraya mengecup kening bayi perempuan nya.

" Jangan pikirin dia,Na. Nanti kamu tambah sedih. Pikirin bayi kamu aja ya. Aku percaya kamu bisa jalanin ini semua " balas Satrio.

" Kaya nya,bayi kamu mau nangis. Kasih Asi aja. Pasti dia haus " lanjut Satrio saat melihat bayi di gendongan Diana ingin menangis.

Kedua pipi Diana memerah,malu karena harus menyusui anaknya di depan Satrio. Satrio yang peka pun tersenyum.

" Aku keluar dulu ya,Na. Jangan malu gitu,haha " ucap Satrio seraya terkekeh.

" Aku beli buah buat kamu dulu ya" Satrio melangkah keluar ruangan,meninggalkan Diana berdua dengan bayinya.

Diana membuka setengah baju pasien,lalu mulai menyusui bayi nya. Sejujurnya Diana merasakan nyeri,geli dan sakit karena bayi Diana sangat haus.

Perasaan Diana saat ini campur aduk. Bahagia,sedih,kecewa dan marah. Tapi apa boleh buat? Ini semua sudah terlanjur terjadi.

" Na?" Satrio menghampiri Diana dengan membawa keranjang berisi bermacam macam buah.

" Apa,Yo?"

" Bayi nya sini,aku adzanin dulu " Diana memberikan bayi perempuan nya pada Satrio. Dan Satrio mengadzani bayi tersebut.

Setelah sudah selesai,Satrio menimang nimang bayi perempuan yang pendiam itu.

" Na,kamu udah kasih dia nama?" tanya Satrio.

" Belum. Aku belum kepikiran " jawab Diana.

"Gimana kalo Liona Eleanora?" saran Satrio.

" Namanya cantik. Yaudah kita namain Liona Eleanora " putus Diana pada akhirnya.

" Welcome to the world,Eleanora " ucap Satrio seraya mencium pipi Liona.

•••

" Rio," panggil Diana.

" Hm?"

" Aku gak akan kuat,Yo. Rawat Liona sendirian " ucap Diana.

" Aku bisa jadi seorang ayah buat Liona,kamu tenang aja Na " jawab Satrio seraya tersenyum. Diana melototkan matanya.

" Kamu gak perlu tanggung jawab layaknya kamu yang hamilin aku,Yo. Seharusnya yang ngelakuin itu Matt bukan kamu. Aku rasa,aku selalu ngerepotin kamu selama ini " ujar Diana.

" Aku sama sekali gak merasa di direpotin kamu kok. Aku seneng bisa bantu kamu,Na " ucap Satrio dengan tulus.

" Dan aku siap Na buat jadi suami kamu " ucapan Satrio sukses membuat kedua pipi Diana merona merah.

" Tapi kan,Liona bukan anak kamu. Kamu gak apa apa?" Satrio mengernyitkan alisnya bingung.

" Soal itu,aku udah pasti anggep Liona seperti anak aku sendiri. Itu gampang" jawab Satrio enteng.

Diana hanya mengangguk tanpa membuka suara nya lagi. Intinya,ada rasa bahagia disaat Satrio bersedia menjadi suaminya.

TBC

Difficult Choice [ PROSES REVISI ] [Decisión difícil] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang