Liona dan Diana sudah di perbolehkan pulang 3 hari yang lalu. Kedua orang tua Satrio dan Verona sangat bahagia mendengar berita bahwa Diana sudah melahirkan anak pertamanya.
Yah,walaupun sejujurnya Verona kecewa karena Matt tidak ada disini untuk melihat darah dagingnya.
Saat ini,Diana sedang kewalahan mendengar tangisan Liona yang sangat memekakkan telinga nya.
" Kamu kenapa sayang? Hm? Tadi udah di kasih asi sama mama kok masih nangis?" tanya Diana kebingungan pada Liona. Mata Liona memerah akibat menangis selama setengah jam.
Satrio yang sedang melewati kamar Diana pun heran kenapa Liona bisa menangis selama itu. Akhirnya Satrio memutuskan untuk menghampiri Diana.
" Kenapa,Na? Kok Liona nangis nya gak berhenti dari tadi?" tanya Satrio.
" Aku gak tau,Yo. Tadi aku udah kasih asi tapi masih nangis aja " jawab Diana. Satrio mengangguk mengerti. Lalu lelaki itu menggendong Liona. Menimang nimang nya.
" Hai princess,jangan nangis lagi ya. Jelek ah nanti kalo nangis mulu " Ajaibnya,tangisan Liona langsung berhenti. Digantikan dengan bola mata coklat gelapnya memandang Satrio dengan intens.
Diana tersenyum seraya menatap Satrio dengan pandangan bahagia. Bagi Diana,Satrio adalah malaikat penyelamat hidupnya.
" Nurut ya Na? Aku gitu loh " ucap Satrio percaya diri. Diana berdecih.
" Makasih ya,Yo. Kamu selalu jadi pahlawan bagi aku " jawab Diana malu malu. Satrio terkekeh geli.
" Oh iya,Na. 2 semester lagi aku selesai. Kamu gimana? Mau kuliah lagi atau berhenti aja? " ucap Satrio.
" Aku rasa,aku berhenti kuliah aja. Aku cukup jaga dan rawat Liona sekarang. Liona lebih penting bagi aku" jawab Diana seraya tersenyum menatap Satrio dan Liona.
" Aku janji,Na. Aku lulus kuliah harus kerja buat kamu sama Liona. Tunggu aku,Na. Aku bakal ngelamar kamu nanti "
Diana membuang wajahnya ke arah lain. Malu. Pipinya sangat merona merah akibat ucapan Satrio.
" Aku selalu serius sama ucapan aku loh,Na. Haha " goda Satrio. Diana memukul lengan Satrio gemas. Satrio mengaduh kesakitan.
Disaat itu pula Liona kembali menangis. Sepertinya,Liona sangat tidak menyukai ada orang yang melukai Satrio. Lucu sekali.
" Tuh,Na. Liona aja marah kamu pukul aku. Hehe. Ya nggak,princess?" goda Satrio semakin menjadi. Satrio tersenyum seraya menaik turunkan kedua alisnya pada Liona. Tangisan Liona langsung mereda.
" Iya maaf deh. Aku heran deh,sebenernya orang tuanya itu kamu apa aku sih?" ucap Diana heran.
Satrio lagi lagi terkekeh." Nanti kita yang bakal jadi orang tua Liona. Ada waktunya kok,kamu tinggal menunggu saat nya aja "
Diana berlari keluar kamar. Tidak tahan lagi menahan kedua pipi nya yang semakin merona karena ucapan mau Satrio. Satrio yang melihat Diana hanya menggeleng gelengkan kepalanya. Lalu Satrio mengajak Liona bermain bersama.
•••
Tadi,Satrio izin pada Diana untuk pulang sebentar ke rumahnya. Kata Satrio,dia ada keperluan penting di rumah.
" Pa,Satrio mau ngomong sama Papa" ucap Satrio seraya menghampiri Marino yang sedang menyesap kopi hitamnya di ruang keluarga.
Marino menyuruh putra sulungnya itu untuk duduk disebelahnya.
" Kenapa,Rio?"
" Rio mau lamar Diana,Pa " jawab Satrio mantap penuh ketegasan. Marino tersenyum.
" Sebentar ya,Papa panggilin Mama kamu dulu di kamar " ucap Marino seraya beranjak dari duduknya. Lalu lelaki setengah baya itu kembali dengan menggandeng mesra Renata.
Kedua orang tua Satrio memang begitu. Kepala sudah 40an masih saja sempat bermesraan. Kadang Satrio menjadi iri melihat keharmonisan Marino dan Renata.
" Kenapa,sayang?" tanya Renata seraya menatap anaknya.
" Rio mau ngelamar Diana,Ma Pa " jawab Satrio to the point. Marino dan Renata saling berpandangan satu sama lain lalu tersenyum.
" Mama sama Papa setuju sama kamu. Sebelum kamu mau lamar Diana,kami sudah merestui kalian. Tapi sebelum itu kamu harus selesaiin kuliah dulu. Terus gantiin Papa di perusahaan Australia ya?" ucap Marino pada putra nya. Satrio mengangguk semangat seraya bangkit untuk memeluk kedua orang tuanya.
" Makasih,Ma Pa. Papa sama Mama selalu dukung Rio " ucap Satrio.
" Kami dukung yang terbaik buat kamu"
Setelah mendapat restu dari kedua orang tuanya,Satrio mengeluarkan mobilnya dari bagasi. Bergegas untuk segera membeli cincin lamaran untuk Diana.
Di dalam mobil pun Satrio masih sempatnya untuk terkekeh dan tersenyum sendiri. Rasanya bahagia sekali karena sudah mendapat restu kedua orang tua.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Difficult Choice [ PROSES REVISI ] [Decisión difícil] ✔️
RomanceTidak ada yang mengetahui seberapa cepat waktu dan takdir berjalan. Begitu singkat pertemuan Diana dan Matt. Lelaki sejuta pesona yang membuat Diana jatuh cinta sampai sekarang. Namun,cinta itu hanya sementara akibat perbuatan brengsek Matt. Adapula...