Chapter 3 - Unbelieved

1.6K 645 244
                                    

Apa yang harus kulakukan? Bagaimana aku memberitahukan ini kepada semua?

Aku harus mengatakannya secepat mungkin kepada semua orang. Tapi jujur, aku semakin takut mengingat ancaman yang Jihoon berikan padaku tadi malam.

Jujur, aku tidak ingin melakukan pekerjaan yang sia-sia. Aku tahu tidak akan ada yang mempercayai ini. Bagaimana bisa aku mengatakan begitu saja perihal sosok asli Jihoon yang dikagumi banyak orang. Bisa-bisa aku dianggap gila atau kesal karena ketenarannya. Kebetulan pula aku adalah mahasiswa dengan peringkat kedua di angkatan dua, tepat dibawah sang peringkat satu, Park Jihoon.

"Seora? Waeyo?" Seongwu berbisik.

"A-ani.. naega gwaenchana.." jawabku.

"Ni ttam.. igeo.. neomu manhi.." ia terlihat cemas padaku.

"J-jangan hiraukan keringatku.. aku hanya kepanasan.." alibiku.

"..."

Aku teringat akan sesuatu. Foto itu. Dengan segera aku membuka ponselku dan memeriksa galeri fotoku. Dan dugaanku benar, Jihoon menghapus foto itu.

Tapi aku mengembangkan senyumku kembali melihat foto penindasan Jihoon terhadap yeoja yang entah siapanya itu terpampang jelas digaleri dengan box file 'recycle'.

"Game over.. Park Jihoon!"
  
  
  
 
*
 
  
   
 
*
 
 
  
  
*
 
 
     
  
Setelah kelas Jongsuk seonsaengnim berakhir, aku segera pergi ke lab komputer. Aku menyalakan komputer dan mulai mengerjakan sesuatu. Hanya dalam lima menit saja, aku berhasil menyelesaikan semuanya.

Kalian tahu apa yang kulakukan? Aku mengirim surat pelaporan kepada Dekan Fakultas MAA, Lee Seokhoon seonsaengnim, melalui akun email anonymous milikku.

"Hh.. semoga saja semua ini akan ditindak lanjuti.. hah.. semua harus mengetahui kebenarannya," gumamku sembari meregangkan otot-ototku.

"Kau sedang a---."

"AISH! KKAMJJAGYA!" teriakku melihat sosok Woojin tiba-tiba saja sudah berada di sampingku.

"YA!" kesalku, ia hanya terkekeh kecil melihat ekspresi kagetku.

"Kau sedang apa?" tanyanya sembari memintal perlahan rambutku.

"Nothing.." jawabku singkat.

"Apa ada masalah?" sekarang ia berdiri lebih dekat di sampingku.

"Hm.. Woojin-ah.. apa kau akan mempercayai perkataanku?" tanyaku ragu.

"... apa aku pernah tidak mempercayaimu? Kau lupa siapa dirimu dimataku?" Woojin membuatku berdiri dan menatapnya lekat.

"Woojin-ah.. sosok Jihoon dimata orang itu tidaklah benar.. dia.. dia jinjja.." aku mendekapkan wajahku di dada bidangnya.

"... mwo?" tanya Woojin heran.

"Dia benar-benar saekki namja.. kau tahu? Kemarin aku baru keluar dari perpustakan pukul 10 malam dan melihat Jihoon menganiyaya seorang yeoja di kelas MAA 3. Dia benar-benar berbeda.. itu.. seperti bukan dirinya.. kau percaya?"

Kumohon! Satu saja!

"Ya, tidak mungkin ketua angakatan melakukan hal keji seperti itu.."

"Hh.." aku menghela nafas panjang mendengar jawaban Woojin.

Ini memang sulit untuk dipercaya. Aku juga sulit mempercayainya tapi aku tidak bisa membiarkan ini lebih lama lagi.

"Jangan urusi urusannya, eoh.. kau juga punya banyak urusan yang belum diselesaikan.. cha.. aku harus menghadiri kelas Hoseok seonsaengnim 10 menit lagi" ucapnya. Aku pun melepaskan dekapanku dan menatapnya malas.

Sweet Dream • Jihoon | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang